Muarabulian, AP – Petani aren di Kabupaten Batanghari berharap pemerintah daerah (pemda) dapat memberikan perhatian dan bantuan lebih besar kepada petani aren yang mengelola usaha mereka secara mandiri.
“Harapannya pemerintah dapat memberikan bantuan karena selama ini pohon aren yang disadap merupakan pohon aren liar, selain itu pemasarannya dilakukan secara mandiri,” kata petani aren dari Desa Malapari Kabupaten Batanghari, Suhendra, Senin (12/02).
Selama puluhan tahun, petani aren di daerah itu hanya menyadap pohon-pohon aren yang tumbuh liar di sepanjang bantaran sungai Batanghari. Hal tersebut telah dilakukan oleh petani aren di daerah itu sejak puluhan tahun, dari beberapa generasi telah mereka lakukan.
Begitu pula dengan proses produksi dan pemasaran hasil olahan dari air nira atau aren yang diolah menjadi gula aren. Petani aren di daerah itu selama ini memproduksi secara rumahan dengan menggunakan peralatan seadanya.
Petani aren di daerah itu tidak menepis adanya bantuan berupa bibit aren dari pemerintah daerah, namun menurut sebagian petani aren di daerah itu bantuan tersebut kurang tepat sasaran karena banyak warga di desa tersebut yang tidak melakukan penyadapan aren yang mendapatkan bantuan.
Sementara petani yang benar-benar melakukan penyadapan ada yang tidak mendapat bantuan dan ada yang mendapat bibit sisa, sehingga kualitas bibit yang diterima kurang baik.
“Selama ini semua kami lakukan secara mandiri. Harapannya pemerintah dapat lebih selektif dalam memberikan bantuan,” kata Suhendra.
Bagi sebagian warga di desa itu, menyadap pohon aren telah menjadi pekerjaan utama karena secara ekonomis keuntungan menyadap aren saat ini melebihi keuntungan menyadap karet. Dalam satu hari warga yang menyadap aren bisa meraup keuntungan dari Rp100.000-Rp300 ribu. sup