Jambi, AP – Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Jambi, Usman Ermulan menjelaskan, permintaan karet global diperkirakan akan meningkat sekitar 2,5 persen pada tahun 2019 menjadi lebih dari 30 juta metrik ton.
“Menurut Kelompok Studi Karet Internasional (IRSG). Prakiraan IRSG berdasarkan pada pandangan dunia Dana Moneter Internasional (IMF) untuk industri karet dan skenario lainnya menyerukan sedikit penurunan pertumbuhan permintaan karet dari kenaikan konsumsi 3,2 persen tahun lalu,” ujar Usman dalam pesan tertulisnya, Kamis (14/2/2019).
Mantan Anggota DPR RI tiga priode ini mengatakan, pada tahun lalu kelompok yang berbasis di Singapura memperkirakan pertumbuhan permintaan untuk karet alam dan karet sintetis masing-masing 2,6 persen dan 2,4 persen.
Menurut IRSG, kata mantan Bupati Kabupaten Tanjungjabung Barat (Tanjabar) konsumsi karet global meningkat sekitar 29,3 juta ton pada tahun 2018. Pertumbuhan Karet Alam (NR) mencapai 4,9 persen, menjadi 13,9 juta ton, dan pertumbuhan Karet Sintetis (SR) adalah 1,7 persen, mencapai 15,4 juta ton.
Begitupun meningkatnya permintaan tak lain dikarenakan Negara Kamboja telah mengeluarkan tanggapan keras terhadap pengumuman Uni Eropa yang menyebutkan sudah memulai proses menuju pencabutan status bebas pajak dan bebas kuota bagi produk-produk impor tertentu. Kamboja mengembangkan industri karetnya.
“Artinya akan adanya peluang peningkatan perdagangan kita, khususnya ekspor karet dari Jambi,” kata Usman.
Ia menambahkan, karena adanya ancaman pemerintah Uni Eropa akan menjadi peluang besar Indonesia sesuai dari kebutuhan dunia dalam meningkatkan ekspor, yang diperkirakan akan semakin meningkat.
“Ada harapan baru bagi petani karet kita. Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan ekspor. Namun pemerintah juga dapat membantu petani karet dalam meningkatkan mutunya,” kata Usman.
Penulis: Budi
Begitupun meningkatnya permintaan tak lain dikarenakan Negara Kamboja telah mengeluarkan tanggapan keras terhadap pengumuman Uni Eropa yang menyebutkan sudah memulai proses menuju pencabutan status bebas pajak dan bebas kuota bagi produk-produk impor tertentu. Kamboja mengembangkan industri karetnya.
“Artinya akan adanya peluang peningkatan perdagangan kita, khususnya ekspor karet dari Jambi,” kata Usman.
Ia menambahkan, karena adanya ancaman pemerintah Uni Eropa akan menjadi peluang besar Indonesia sesuai dari kebutuhan dunia dalam meningkatkan ekspor, yang diperkirakan akan semakin meningkat.
“Ada harapan baru bagi petani karet kita. Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan ekspor. Namun pemerintah juga dapat membantu petani karet dalam meningkatkan mutunya,” kata Usman.
Penulis: Budi