Jambi, AP — Usai Sholat Jum’at di Masjid Raudatul Jannah, Desa Benteng Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari, Dandim 0415/Batanghari Letkol Inf Widi Rahman, S.H., M.Si memberikan ceramah singkat atau kuliah tujuh menit kepada jama’ah.
Menurut Dandim, kegiatan itu dilakukan tidak hanya sekedar melaksanakan Sholat Jum’at saja, namun lebih spesifikasi dikatakannya bahwa hal itu merupakan wujud kemanunggalan TNI-Rakyat dan sebagai sarana silaturahmi antara anggota Kodim 0415/Batanghari dan Ulama di Kecamatan Mersam.
“Jalinan silaturahmi yang erat antara TNI dan Ulama sudah diwariskan oleh para pendahulu TNI sejak jaman perang kemerdekaan melawan penjajah dan perongrong Ideologi Pancasila. Kami generasi TNI di Zaman Now berkewajiban untuk melanjutkan apa yang telah diperbuat oleh senior kami”, Demikian ujar Letkol Widi, Jum’at (1/2/2019).
Pada kesempatan tersebut Dandim menyampaikan bahwa perhelatan akbar Pileg dan Pilpres 2019 sudah dalam hitungan hari. Dandim 0415/Batanghari mengajak warga untuk menggunakan hak pilihnya. Sebab, tidak mencoblos atau golput bukan merupakan pilihan bijak.
“Kami mengajak kepada masyarakat Mersam untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan pemilihan umum mendatang. Mampu menghargai berbagai pilihan, dan turut serta membangun sistem pertahanan negara agar keutuhan NKRI tetap terjaga,” sebutnya.
Dandim juga mengatakan dalam pesta Demokrasi Bangsa Indonesia, punya hak untuk memilih pemimpinnya. Karena itu, ia meminta warga masyarakat menggunakan hak pilihnya dengan baik. Selain itu, menurutnya semua paslon Capres-Cawapres punya keunggulan dengan latar belakang yang berbeda.
“Berpartisipasi dalam pesta demokrasi, merupakan salah satu sumbangsih warga bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pilihlah sesuai dengan keinginan diri sendiri, tanpa paksaan dari orang lain. Sebab Golput bukanlah sebuah keputusan yang bijak,” kata Dandim.
Ditegaskannya, Institusinya, dalam pesta demokrasi ini adalah dalam posisi Netral. Tidak hanya Netral, tapi TNI juga harus memiliki pengetahuan seperti apa Netralitas. Oleh karena itu, TNI dibekali buku saku Netralitas sebagai pedoman. Sebab, Netralitas itu merupakan harga mati bagi TNI dalam menjaga keutuhan NKRI.
“TNI itu harus netral. Bila kita sudah berpihak, resikonya masyarakat tidak akan percaya sama kita. Kalau masyarakat sudah tidak percaya bagaimana kita bisa mengendalikan situasi. Ibu-ibu Persit pun, jangan bilang kepada suaminya, apa yang dicoblos,” tegas Widi.
Perwira yang belasan tahun bertugas di Kostrad itu, juga meminta kepada warga tetap kritis dalam melihat persoalan di masyarakat. Termasuk ketika mendapati angota TNI yang tidak netral atau berpolitik praktis. Tetapi, menurutnya penyampaian harus sesuai etika dan fakta yang berlaku.
“Laporkan kepada kami jika ada anggota yang tidak netral. Pasti akan kami tindak lanjuti. Kita semua warga masyarakat juga bisa berkontribusi dalam menjaga kondusifitas wilayahnya dan tidak mengadu domba sesama warga,” imbuhnya.
Terakhir Dandim berpesan, seandainya masyarakat ada keluhan ataupun permasalahan, TNI Siap membantu masyarakat, bisa melalui Koramil ataupun Babinsa setempat yang siap selalu ada 1 X 24 jam dekat dengan masyarakat. (Budi)