Jakarta- Menghadiri 3 (tiga) tahun Restorasi Gambut, Selasa (29/1) yang digelar di auditorium Manggala Wanabakti , Jakarta, Plt.Gubernur Jambi Dr.Drs.H.Fachrori Umar,M.Hum menegaskan komitmen pemerintah Provinsi Jambi dalam meningkatkan kinerja restorasi ekosistem gambut. Peringatan Tiga Tahun Restorasi Gambut mengambil tema “Gotong Royong Jaga Gambut “. BRG menggelar acara tersebut bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Peringatan Tiga Tahun Restorasi Gambut juga dihadiri perwakilan Kementerian, perwakilan tujuh pemerintah provinsi dan kabupaten di wilayah prioritas restorasi ekosistem gambut, akademisi, petani gambut, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang telah mendukung restorasi ekosistem gambut.
Ditemui usai acara dalam sesi wawancara Plt menyatakan bahwa Provinsi Jambi harus mempersiapkan diri dalam menghadapi musim kemarau pada tahun 2019 ini. “Tadi kita sudah mendengarkan penjelasan bahwa di Jambi sendiri saat ini telah terbaca ada tiga titik api, walau belum membahayakan tetapi harus tetap diwaspadai karena diperkirakan musim kemarau tahun ini akan lebih panjang. Berdasarkan pengalaman kita beberapa tahun lalu, kita tidak boleh lengah dan walaupun tadi kita sudah mendapatkan apresiasi karena keberhasilan dan kerja keras kita bersama dalam mengatasi karhutla , itu harus memotivasi kita untuk bekerja lebih baik lagi, kita akan terus bersinergi dengan semua pihak baik Pemerintah, TNI/Polri, Akademisi, LSM, perusahaan dan masyarakat desa yang sangat aktif dalam mensosialisasikan tentang pencegahan Karhutla, dan kita akan bekerja sesuai aturan yang berlaku”ujar Plt.
Kepala Badan Restorasi Gambut Ir.Nazir Foead, M.Sc dalam sambutannya menyampaikan bahwa acara peringatan tiga tahun restorasi gambut ini juga dimaksudkan untuk memantapkan komitmen para pihak dalam meningkatkan kinerja restorasi ekosistem gambut.” Hasil yang dicapai dalam 3 (tiga) tahun ini ikut berkontribusi dalam mengurangi kebakaran hutan dan lahan secara signifikan, titik panas yang kami identifikasi dalam radius 2 kilo meter dari lokasi infrastruktur pembasahan gambut sangat kecil yaitu di bawah 10% . Meskipun demikian kami sadar tugas ini masih panjang dan membutuhkan kerja keras untuk mencapai hasil yang diinginkan pada tahun 2020” jelas Kepala BRG.
Selama tiga tahun terakhir, BRG bersama KLHK, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), TNI/Polri, Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi masyarakat dan LSM bergotong royong membasahi 679.901 hektare areal target restorasl ekosistem gambut yang berada di luar wilayah konsesi. Nazir mengatakan, untuk Areal konsesi dilakukan supervisi yang baru dimulal pada September 2018 lalu. Saat ini, BRG telah memiliki kader restorasi di beberapa daerah berjumlah orang. Terdiri dari guru, tokoh agama seperti da’i dan pendeta, petani kader sekolah lapang, perempuan dan anggota kelompok masyarakat.
“Kegiatan restorasi gambut tiga tahun terakhir banyak dilakukan bersama masyarakat. Sebanyak 262 desa dan kelurahan didampingi BRG dan LSM melalui Program Desa Peduli Gambut, terkait dengan partisipasi masyarakat dan pemerintah daerah, diberikan penghargaan kepada Desa Peduli gambut terbaik, kader kelompok masyarakat terbaik, kader sekolah lapang dan Dinas Pengelola Tugas Pembantuan Restorasi Gambut Terbaik” kata Nazir.
Sebagai upaya pencegahan dini terhadap kekeringan gambut, BRG memperkenalkan SIPAGALA atau Sistem Pemantau Air Lahan Gambut. Sistem ini memungkinkan dapat memantau tinggi muka air. (hms)