Kualatungkal, AP—Akibat perubahan musim, nelayan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama lima bulan ini kerap merugi. Hasil tangkapan mengalami penurunan drastis, hingga mencapai 70 persen dari bulan-bulan biasanya.
Penasehat Himpunan Nelayan Indonesia Tanjab Barat, Daeng Matajang mengatakan penurunan tangkapan ini terjadi sejak bulan November lalu. Dimana jika biasanya dalam 20 hari melaut, kapal nelayan bisa mendapatkan hasil mencapai 1,5 ton kini hanya bisa mencapai 500 kilogram saja.
“Cukup drastis, sampai kira-kira 70 persen penurunan tangkapan. Jadi terkadang sering rugi,” katanya Senin siang (18/03).
Untuk wilayah tangkapan, menurut Daeng Matajang, nelayan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat memamg masih melaut di perairan Jambi dan mengarah ke perairan Sumatera Selatan. Untuk melaut ke laut dalam belum bisa dilakukan karena ukuran kapal yang masih di bawah 30 GT.
Kendatipun sering minim tangkapan, namun menurut Daeng Matajang, nelayan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat tetap nekat melaut. Sebab hanya dari melaut mereka mendapatkan hasil. Untuk kebutuhan hidup tentunya sangat minim.
“Asal ada yang memberikan hutang solar, nelayan pasti melaut. Soalnya itulah satu-satunya mata pencarian mereka,” ujar pria berbadan tegap itu.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Suprayogi Saipul juga mengatakan, dengan keterbatasan penghasilan yang terjadi saat ini, nelayan sangat membutuhkan perhatian pemerintah. Dirinya berkeinginan pemerintah memberikan pembinaan dan bantuan pada nelayan.
“Pemerintah harus turun tangan membantu nasib nelayan. Karena kondisinya sudah sangat miris,” katanya.
Jika berdasarkan prediksi musim, Suprayogi memperkirakan nelayan baru bisa mendapatkan tangkapan yang banyak pada bulan Juni nanti. Dengan rentang waktu yang cukup lama tersebut, jika tidak dibantu pemerintah maka nasib nelayan akan kian susah.
“Kalau diberikan pembinaan bisnis, baik itu UMKM atau yang lainnya, istri-istri nelayan tentunya bisa memiliki penghasilan tambahan. Tapi karena tidak ada, maka hidup keluarga nelayan hanya bergantung pada tangkapan,” ujar pria yang akrab disapa Yogi itu.
Apalagi dengan ketatnya aturan, banyak larangan yang diberikan pada nelayan. Seperti penggunaan trawl misalnya. Nelayan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat sangat keberatan dengan larangan tersebut. Pasalnya, perairan di daerah tersebut berbeda dengan laut di daerah lainnya. Dengan kondisi perairan laut yang berlumpur dan bukan berpasir, dipastikan tidak ada yang rusak akibat penggunaan trawl.
Sementara jika tidak menggunakan trawl, menurut Yogi jumlah tangkapan sedikit. Selain itu, penghasil tambahan lain juga tidak ada.
“Kalau pakai trawl, ada ikan-ikan kain yang bisa dimanfaatkan. Seperti misalnya ikan sampah, atau ikan dengan nilai murah, masih bisa dimanfaatkan,” ujar Yogi lagi. (her/lis)