Muarasabak,AP – Kondisi air Sungai Batanghari di Kecamatan Nipah Panjang, Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) saat ini sudah tidak layak pakai dan keruh, sehingga menyebabkan masyarakat terkena gatal gatal apa bila digunakan untuk mandi dan mencuci. Dan hal ini diperkirakan sudah terjadi sejak dua minggu terakhir.
Menurut salah satu warga, Lung upik ma’ah yang tinggal dilorong Simpati, Kelurahan Nipah Panjang I saat disambangi menceritakan, kalau kondisi ini sudah terjadi sejak setengah bulan terakhir. Akibatnya, anak dan cucunya terkena gatal gatal karena mandi menggunakan air Sungai tersebut. “Padahal sebelum Sungai ini tercemar, air ini bisa untuk dibuat mandi, mencuci bahkan bisa dikonsumsi oleh masyarakat,” ceritanya.
Hal yang sama juga dituturkan Edy, warga Lorong atap Kelurahan Nipah Panjang ll, ia mengatakan kalau warga sekitarnya juga mulai mengalami gatal gatal pada kulit saat mengunakan air sungai tersebut. Sementara, kebutuhan air sungai ini sangat dibutuhkan sekali oleh masyarakat untuk mandi, mencuci. Dan kejadian ini baru kali pertama terjadi.
“Jika mau mandi kita harus menunggu dulu airnya pasang besar, karena kalau masih pasang kecil airnya kotor dan bauk. Kalau sudah pasang besar airnya agak bersih. Itupun kalau untuk mandi tetap gatal gatal dikulit,” tuturnya sambil melihat bagian tubuhnya yang terkena gatal gatal.
“Ini badan aku banyak yang gatal akibat mandi air sungai. Parahnya lagi penyakit gatal ini kalau bekeringat makin gatal dan airnya bisa menular ketempat lain. Ini terjadi pada aku sendiri,” lanjutnya.
Ia berharap, Pemerintah terkait dapat segera menindaklanjuti berbagai keluhan masyarakat. Karena jika ini dibiarkan akan berdampak buruk bagi daerah tempat tinggalnya.
“Saya harap Pemerintah menindaklanjuti, terutama adanya penyakit kulit ini yang dirasakan oleh warga. Jadi selama ini kami ini kan kalau sudah datang gatal di kulit, digaruk saja. Kalau timbul merah kasih obat salep yang dibeli di pasar lalu sembuh. Jadi dianggap tidak terlalu berat penyakitnya, makanya tidak ke Puskesmas,” harapnya.
Menurut Marboro, salah satu warga Parit Bom Nipah Panjang I, tercemarnya air sungai tersebut bukan dikarenakan ulat bulu seperti yang diceritakan orang-orang. Tapi dikarenakan banyaknya kulit Pinang yang bertaburan disungai. Karena banyak masyarakat kalau sudah membelah Pinang dan kulitnya dibuang sembarangan.
“Sekarang banyak masyarakat basing bae buang kulitnya, ada buang kesungai dan ada yang buang kelaut, makanya air sungai sekarang jadi tercemar. Karena kulit Pinang itu kalau lama didalam air getahnya bisa membuat air jadi gatal,” ujarnya.
Menanggapi hal ini, Camat Nipah Panjang, Kamaruddin sudah turun kelokasi bersama Lurah Nipah Panjang I, Lurah Nipah Panjang II serta Kepala Puskesmas Nipah Panjang, Drg. Darwin beserta tim medis. Pada saat itu, telah diberikan pertolongan berupa pengobatan kepada warga yang terkena gatal gatal.
Kamaruddin beranggap, kalau gatal gatal ini disebabkan oleh ulat bulu. Karena itu, ia berharap, agar warga bisa membantu membasmi hama ulat bulu tersebut. “Kita kemari datang untuk meninjau langsung kondisi warga dan memberikan pertolongan untuk mengurangi gatal-gatal. Dari yang kita lihat sepertinya benar dari ulat bulu, karena banyak sekali ulat bulu diatas air sungai ini. Dan lagi lokasi pohon pedada yang berada persis dibelakang rumah warga membuat ulat bulu tersebut dapat terbang kerumah warga,” anggapnya.
Kemudian Kamaruddin menghimbau agar warga dapat membantu untuk memusnahkan pohon pedada tersebut. “Karena mereka (ulat bulu-red) berkembang biak di pohon pedada tersebut, kira-kira warga bisa tidak membantu membakar pohon tersebut,” himbaunya.
‘’Inilah yang menjadi salah satu kendalanya. Karena pohon berada diatas air, akan sulit untuk membakarnya,” pungkasnya.
Reporter : Sugianto Nipah