Jambi, AP – Seorang Anak Baru Gede (ABG) berinisial TT (15) diduga menjalin hubungan asmara dengan seorang laki-laki bernama Koko (18), warga Jalan Darmapala, Kelurahan Talang Bakung, Kecamatan Paal Merah, Kota Jambi, kedua sijoli melakukan hubungan diluar pernikahan di rumah Koko pada pertengahan bulan Mei tahun 2019 lalu.
Tidak hanya sekali, perbuatan selayaknya suami istri tersebut berulang hingga tujuh kali. Selama berhubungan intim tersebut, dilakukan keduanya di rumah pelaku.
Kasat Reskrim Polresta Jambi, Kompol Yuyan saat dihubungi mengakui adanya kejadian tersebut.
“Kejadian tersebut terungkap setelah orangtua korban melaporkan pelaku kepada polisi dengan laporan polisi Nomor : LP / B- 445 / VI / 2019 / SPKT III / Resta Jambi, tanggal 14 Juni 2019,” ujarnya, Kamis (20/6/2019).
Dari informasi yang didapat, antara Koko dan TT sudah menjalin asmara sejak bulan Agustus 2018 lalu. Hingga pada hari ulang tahun TT pada 14 Mei lalu, lewat tengah malam korban menghubungi pacarnya lewat chat handphone untuk meminta jemput pelaku di rumahnya.
Takut terjadi sesuatu dan sayangnya kepada kekasihnya, pelaku bersedia menjemputnya untuk dibawa ke rumah pelaku.
Sesampainya di rumah tersangka, kedua orang lain jenis tersebut saling curi perhatian (curhat). Karena rumah pelaku dalam keadaan kosong dan kondisi sepi, obrolan keduanya berlanjut di dalam kamar tersangka.
Selanjutnya, obrolan beralih ke hal yang berbau porno hingga nafsu pelaku tidak terkendali. Akhirnya, perbuatan tidak senonoh dan dilarang agama tersebut dilakukan keduanya.
“Pertama kali korban disetubuhi saat hari ulang tahunnya di rumah pacarnya. Dan terakhir 13 Juni lalu. Saat itu, korban dijanjikan pelaku akan bertanggung jawab jika korban hamil,” tegas Yuyan.
Kepada penyidik, tersangka melakukan perbuatan hingga tujuh kali. Atas perbuatannya, tersangka yang tidak memiliki pekerjaan tetap tersebut ditahan di sel tahanan Polresta Jambi.
Dia terancam Pasal 81 ayat (2) UU RI No 17 tahun 2016 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti Undang-undang No 01 tahun 2016 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang RI nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.
“Ancam hukumannya selama 15 tahun penjara paling lama dan 5 tahun penjara paling rendah,” tukas Yuyan. (Bdh)