Jambi, AP – Pendapatan ojek perahu di Danau Sipin Kota Jambi menurun hingga 50 persen karena banyak pelajar yang tidak lagi menggunakan jasa ojek perahu.
“Saya sudah ngojek perahu ini dari tahun 2001, sejak maraknya pelajar menggunakan kendaraan roda dua maka pendapatan kami menurun drastis,” kata Halimatu Sadiyah, pengojek perahu di Danau Sipin kota Jambi, Jumat (21/06) lalu.
Dijelaskannya, sebelum tahun 2010 dalam satu hari pendapatan para ojek perahu berkisar Rp60 ribu hingga Rp100 ribu per hari, tapi hingga saat ini pendapatan jauh menurun hingga tersisa Rp25 ribu per hari.
Pelanggan ojek perahu tersebut didominasi oleh pelajar, maka sejak pelajar didaerah itu banyak menggunakan kendaraan roda dua untuk pergi ke sekolah pendapatan mereka menurun drastis. Meski demikian tidak semua pelajar di daerah itu menggunakan kendaraan roda dua, sehingga ojek perahu tersebut masih tetap bertahan.
Namun tidak semua pelaku ojek perahu masih bertahan, dari 15 orang pelaku ojek perahu, saat ini tinggal tujuh orang pelaku ojek perahu yang masih bertahan. Dan tiga dari tujuh orang tersebut merupakan wanita yang usianya sudah cukup tua. Hal itu dikarenakan penghasilannya sebagai pelaku ojek payung tidak mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga. Sehingga pelaku ojek payung tersebut banyak yang beralih profesi.
Biaya jasa penggunaan ojek perahu tersebut cukup murah, untuk orang dewasa, dalam satu kali penyebrangan di kenakan biaya sebesar Rp3.000, sementara untuk pelajar sebesar Rp2.000. namun tidak jarang pelajar yang hanya memberikan uang Rp1.000.
Pelaku ojek perahu didaerah itu turut mengeluhkan perhatian pemerintah kepada mereka. Hal itu dikarenakan minimnya perhatian pemerintah terhadap mereka.
“Harapannya pemerintah dapat memperhatikan nasib kami ini, jangankan memperhatikan nasib kami, kami dengar pemerintah akan membangun jembatan penghubung ke kelurahan danau teluk di pulau pandan itu, kalau jadi dibangun hilanglah sudah pekerjaan kami ini,” kata Halimatu Sadiyah. ant