Muarasabak,AP – Bagi seorang pengusaha seperti Budiyanto (63 tahun) membeli mobil seharga ratusan juta bukanlah masalah. Namun ia lebih puas dengan mobil rakitan sendiri yang hampir seluruh elemennya dirakit sendiri. Mesinnya menggunakan mesin kapal Yanmar 05, seluruh body termasuk kabin dirakit sendiri menggunakan plat stainless. Hanya sasis dan batang stir yang menggunakan bekas kijang kotak.
Total biaya yang dihabiskan pengusaha perikanan itu tak lebih Rp 40 juta. “Saya bikin tiga unit. Dua untuk anak buah di kebun, satu untuk operasional saya,”kata
Budiyanto atau yang akrab disapa Huliang.
Cara menyalakan mobil Huliang ini layaknya menyalakan mesin kapal yakni dengan di engkol tangan pada bagian kap mesin. Tidak ada AC, tidak ada kaca spion dan tentu saja tidak ada surat – surat kendaraan. “Makanya cuma untuk di desa ini saja, tidak berani bawa keluar,”kata Huliang yang sudah menetap di Desa Airhitamlaut sejak tahun 1979. ‘Mobil’ Huliang ini ditumpangi bupati Romi Hariyanto saat meresmikan jembatan Airhitam Laut, Sabtu (20/7). Bupati Romi dan sejumlah kepala OPD yang hadir memang dijadwalkan langsung ke Desa Sungaicemara usai peresmian jembatan. Dari Airhitam, Sungaicemara ditempuh dengan waktu satu jam dengan mobil Huliang. Karena muatannya hanya cukup empat orang, Sekda Sapril dan sejumlah kepala OPD menumpangi sepeda motor.
Mengenai pilihannya membangun mobil sendiri, dijelaskan Huliang bahwa dia merasa lebih puas dengan karya sendiri. Padahal dengan anggaran Rp 40 juta itu dia bisa mendapatkan sebuah mobil bekas yang relatif lebih nyaman dan berstandar tentunya. “Tapi mobil ini lebih kuat dan bantingannya lebih tahan untuk medan seperti jalan di desa ini yang sebagian besar masih tanah. Itu sebabnya shock nya pun saya tak pakai, hanya per saja,”jelasnya.
Huliang bangga dengan mobil buatannya. Setiap tamu yang berkunjung ke Airhitam dan menginap di rumahnya selalu dia tawarkan berkeliling desa dengan mobilnya itu. Sebagai pebisnis perikanan, Huliang dikenal sebagai tokoh masyarakat Desa Airhitam. Sebagian besar nelayan desa itu sangat bergantung pada Huliang yang memang sudah berhasil merambah ekspor. Sosok warga keturunan ini dikenal ramah dan punya kepedulian yang tinggi terhadap warga desa. Bahkan dia bangga dengan sebutan China Melayu yang dilekatkan kepadanya. “Saya ini darah China tapi sudah jadi orang Melayu lah. Hidup mati ya di Airhitam ini. Anak-anak saya pun selesai sekolah saya suruh pulang kembali ke sini biar berusaha di sini sama – sama dengan warga desa,”ujarnya.(fni)