PANDEMI COVID-19 yang meliputi berbagai bagian dunia termasuk Indonesia membuat penyelenggara pembelajaran dan pelatihan melaksanakan kegiatan dari jarak jauh via platform daring.
Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga menyelenggarakan pelatihan bagi para petani dan penyuluh pendamping program perhutanan sosial via daring.
Bagi para petani di kawasan sekitar hutan yang sehari-hari lebih banyak bergulat dengan tanah dan tanaman, penggunaan sarana belajar jarak jauh dan kegiatan belajar via daring merupakan hal baru.
Kendati demikian, anggota Tim Penggerak Percepatan Perhutanan Sosial Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Swary Utami Dewi yang menjadi tutor dalam kegiatan pelatihan tersebut melihat semangat belajar yang tinggi pada para petani peserta pelatihan.
Kegagapan beberapa peserta menggunakan teknologi menghadirkan kelucuan, mewarnai kegiatan e-learning gelombang pertama yang berlangsung empat hari dari 27 April hingga 30 April 2020. Swary menuturkan, saat kegiatan belajar jarak jauh dimulai, masih ada peserta yang bingung menggunakan platform pertemuan daring Zoom, tidak tahu cara mematikan suara, dan kebingungan menghidupkan layar. Namun itu tidak berlangsung lama.
“Selama empat hari ini, para peserta mengalami the new-normal. The new karena rata-rata baru melakukan belajar dengan menggunakan teknologi digital untuk belajar jarak jauh. Normal karena sesudah satu dua hari, peserta lancar menggunakannya,” katanya, Sabtu (2/5).
Menurut dia, para petani dan pendamping peserta pelatihan relatif cepat beradaptasi dengan teknologi pendukung kegiatan belajar jarak jauh. Sesekali ada peserta yang menegur temannya karena lupa menggunakan mode mute (diam) saat tutor menyampaikan materi sehingga menimbulkan latar suara yang mengganggu bagi peserta yang lain.
Selama pelatihan, ada penyuluh yang mengikuti pertemuan sambil memasak, ada pula peserta yang mendengarkan materi sambil berkendara. Pelatihan empat hari bagi petani hutan dan pendamping perhutanan sosial meliputi delapan sesi.
Sebagai tutor, Swary mengadakan semacam kuis di sela pelatihan untuk menyegarkan suasana. Dia biasanya memberikan kuis pada sesi belajar pagi dan siang hari. “Pagi sampai siang, sehabis sesi selalu ada semacam kuis singkat gitu sebagai cara untuk me-review (meninjau ulang) ingatan para peserta,” kata Swary.
Selama pelatihan, para peserta juga harus mempelajari modul pelatihan, mengerjakan pekerjaan rumah, sampai menyusun rencana tindak lanjut yang bisa diterapkan di masing-masing daerah seusai pelatihan.
Menurut Swary, kendala dalam kegiatan pelatihan jarak jauh yang diikuti total 480 petani dan pendamping program perhutanan sosial dari berbagai daerah di Indonesia itu hanya gangguan jaringan telekomunikasi.
Dia berharap masalah dan gangguan yang muncul pada awal kegiatan pelatihan via daring bisa diatasi pada pelatihan gelombang-gelombang berikutnya dan hingga Juni 2020 sebanyak 3.000 petani hutan dan pendamping perhutanan sosial dapat meningkatkan kapasitas melalui program pelatihan tersebut.
“Saya tidak ragu bahwa untuk gelombang-gelombang berikutnya e-learning ini akan terlaksana dengan baik sampai Juni nanti. Dan harapannya sampai selesai akan dilatih total 3.000 peserta. Suatu jumlah yang tentunya cukup signifikan,” kata Swary. (Ant)