Banten – Masyarakat Badui yang memeluk agama Islam atau mualaf di pemukiman Kampung Landeuh, Desa Bojong Menteng, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten rutin melaksanakan pengajian mulai membaca Al Quran hingga mendengarkan tausiyah yang disampaikan ustadz.
“Kami merasa tenang setelah memeluk agama Islam, bisa belajar mengaji untuk memperdalam nash Al Quran, tauhid, fiqh dan ibadah shalat lima waktu juga puasa Ramadhan dan shalat teraweh ,” kata Kesih Samsiah (40) seorang mualaf warga Badui saat ditemui di kediamanya Kampung Landeuh, Desa Bojong Menteng, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Sabtu (16/5).
Masyarakat Badui mualaf yang tinggal di Kampung Landeuh, Desa Bojong Menteng difasilitasi Yayasan At Taubah BSD Tangerang dengan membangun 45 rumah, namun baru dihuni 35 rumah dengan 120 jiwa.
Mereka tinggal di pemukiman itu sudah tiga tahun terakhir dengan lahan seluas lima hektare, termasuk pembangunan masjid. Warga Badui mualaf itu selama Ramadhan lebih memperdalam kajian ilmu agama Islam, disamping anak-anak mereka mendapat bantuan dari yayasan untuk mengenyam pendidikan di sekolah umum dan pondok pesantren.
“Kami di sini bersama kaum ibu-ibu lainnya setiap hari menimba ilmu agama Islam melalui pengajian yang dipandu ustadz itu,” katanya menjelaskan.
Menurut dia, dirinya memeluk agama Islam itu sejak usia 15 tahun bersama kedua orangtuanya dan kini bersama suami bernama Sudin (40) warga Badui yang juga menjadi mualaf. Saat ini, dirinya memeluk agama Islam berawal orangtuanya tinggal di perumahan yang berada di luar kawasan hak ulayat mayarakat Badui dan menempati bangunan rumah yang menggunakan atap genteng dan tembok.
Penggunaan bangunan perumahan itu tentu bertentangan dengan adat Badui, sehingga orangtuanya sangat keberatan dengan adat tersebut hingga orangtuanya bernama Arman sekeluarga memeluk agama Islam.
“Kami sekarang tinggal di pemukiman Kampung Landeuh dengan orangtua,” kata Kesih.
Siti Halimah (50), warga Landeuh Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak mengaku bahwa dirinya juga keturunan dari nenek dan kakeknya asli keturunan suku Badui, namun orangtuanya memeluk agama Islam.
Saat ini, dirinya merasa senang tinggal di perumahan yang dibangun Yayasan At Taubah karena bisa memperdalam ilmu agama Islam melalui pengajian dengan pola metode mendengarkan ceramah-ceramah yang disampaikan ustadz maupun kiyai.
Selain itu juga dirinya belajar iqro atau membaca alquran dengan tajwid. Dalam pengajian yang disampaikan ustadz dan kiyai mengajak untuk bertaqwa kepada Allah SWT dengan melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya.
Disamping itu juga menebar kebaikan, kasih sayang, hidup damai, rukun juga toleransi hingga mencintai Tanag Air sebagi bentuk orang bertaqwa. Sebab, ciri-ciri orang yang beriman itu wajib beriman kepada Allah SWT dan Rasulnya juga patuh dan taat terhadap pemerintah.
“Kami merasa bersyukur memeluk Islam dan bisa mengikuti pengajian hingga menambah wawasan dan pengetahuan ajaran Islam lebih luas,” katanya.
Sementara itu, Yani (35) warga Badui mualaf mengaku dirinya tinggal di pemukiman Kampung Landeuh bersama suami bisa mengikuti pengajian secara langsung dengan belajar membaca Al Quran. Para ustadz dan kiyai menuntun membaca Al Quran dengan baik dan benar, seperti Surah Alfatiha dan surah lainnya.
Biasanya, pelaksanaan pengajian untuk kaum ibu-ibu dilaksanakan setiap hari mulai pukul 09.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB, sedangkan, pengajian untuk kaum bapak-bapak dogelar pukul 20.00 WIB sampai 22.00 WIB. Namun, selama Ramadhan pengajian rutin dilaksanakan untuk menongkatkan keimanan kepada Allah SWT.
“Kami dan keluarga merasa bahagia bisa mengikuti pengajian itu, karena Islam ternyata diwajibkan belajar untuk memiliki ilmu pengetahuan,” katanya menjelaskan. (Red)