Jatim, AP – Kesembuhan nenek Kamtin yang berusia 105 tahun asal Surabaya dari positif COVID-19 sempat menjadi topik utama berbagai media cetak dan daring di Jawa Timur, sebab kabar kesembuhan itu seolah menjadi tetesan air di tengah dahaga gurun pasir.
Bahkan, kesembuhan nenek yang beralamat di Dusun Gendong perbatasan Surabaya-Gresik atau tepatnya di kawasan PPI Surabaya itu langsung diumumkan orang nomor satu di Jawa Timur, yakni Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa yang juga menjabat Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jatim.
“Nenek Kamtin ini seorang survivor COVID-19 tertua di Indonesia,” ujar Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Surabaya pada Rabu 3 Juni 2020.
Tak pelak, usai pengumuman kesembuhan nenek kelahiran 1920 itu langsung menjadi daya tarik tersendiri dan perhatian media setempat hingga beritanya menempati halaman utama. Hal ini wajar, sebab wilayah Surabaya kini memasuki zona hitam pekat dengan jumlah kasus positif lebih dari 1.000 kasus.
Lantas, apa rahasia kesembuhan nenek yang awalnya menderita sakit batuk dan demam pada 13 April 2020 tersebut?.
Salah satu dokter spesialis paru Rumah Sakit Port Health Centre (PHC) atau RS Pelabuhan Surabaya, yang menangani nenek Kamtin, dr Tjipto Wibowo, SpP menceritakan bahwa perjuangan nenek Kamtin untuk sembuh dari COVID-19 cukup kuat, bahkan menyisakan sejumlah cerita inspiratif.
Di antaranya, kata dia, adalah keteguhan dan kesabarannya selama berjuang melawan virus corona yang di deritanya, dan terus mengikuti masa perawatan di ruang isolasi RS PHC Surabaya.
“Saya melihat nenek Kamtim berbeda dibandingkan dengan pasien lain yang saya tangani, sebab di usianya yang sudah lebih dari satu abad, dia nampak sangat memperhatikan kebersihan diri, hal tersebut ditunjukkan dengan selalu rutin membersihkan diri secara berkala setiap harinya,” kata Tjipto, menceritakan.
Olahraga ringan
Tak hanya itu, selama perawatan sang nenek juga dikenal selalu menjaga pola makan dan pola istirahat cukup sambil sesekali melakukan olahraga ringan di ruang isolasi.
Tentunya, hal tersebut dilakukan dengan bantuan para tenaga medis yang telah bersiaga selama 24 jam.
Tjipto mengakui, sebelumnya tim medis RS PHC sempat mengalami kesulitan mengingat usia sang pasien yang lebih dari satu abad, sehingga membuat para medis harus bekerja lebih keras dan hati hati dalam merawat pasien.
“Belum lagi kurangnya edukasi jenis penyakit yang diderita pasien, beserta pola penanganannya membuat para tenaga medis harus dengan sabar dan hati-hati memberikan penanganan pada nenek Kamtin,” kata Tjipto, kepada wartawan.
Tjipto menjelaskan, pada saat memberikan perawatan sesuai protokol COVID-19 kepada nenek Kamtin, si nenek kurang paham, hal itu wajar karena usia pasien yang sudah lanjut.
Namun demikian, berkat kesabaran dan ketekunan tim medis akhirnya perawatan sesuai protokol semestinya bisa dilakukan.
“Beruntung, selama perawatan pasien terus menunjukkan semangat kesembuhan yang luar biasa dengan selalu menjaga pola makan dan istirahat serta menjaga kebersihan selama perawatan,” kata Tjipto, yang merasa bersyukur atas kesembuhan nenek Kamtin.
Senada dengan pernyataan Tjipto, Direktur Utama RS PHC, Abdul Rofid Fanany mengakui sempat kaget juga ada pasien dengan usia di atas 100 tahun yang sembuh.
Rofid menjelaskan RS PHC memang secara khusus memberikan perhatian pada nenek Kamtin selama dirawat dengan mempertimbangkan usia, dan sejumlah perawat pun disiagakan penuh selama 24 jam untuk memantau perkembangan kesehatan sang pasien.
“Kami awalnya sempat kaget mengetahui kami mendapat pasien positif COVID-19 yang berusia lebih dari 100 tahun, namun sebagai salah satu rumah sakit rujukan COVID-19 di Surabaya. Kami pun bertekad merawat pasien dengan penuh perhatian. Selama 24 jam para perawat kami siagakan untuk memantau kondisi kesehatan pasien. Dan, Alhamdulillah setelah 30 hari kami rawat akhirnya beliau dinyatakan sembuh dan sudah diizinkan kembali ke keluarganya,” ujar Rofid, yang juga mengucap syukur.
Cerita keluarga
Siti Aminah, salah satu putri nenek Kamtin awalnya sempat kaget, bak disambar petir setelah dinyatakan bahwa ibunya positif COVID-19, sebab hal itu dilatarbelakangi usia sang ibu yang sudah cukup lanjut.
Ia tidak mengetahui secara detail riwayat sang ibu terkena virus itu dari mana, sebab saat masuk ke RS PHC awalnya hanya menderita sakit batuk, dan demam.
Hal itu terjadi pada 13 April 2020, kemudian pada 20 April 2020 dilakukan tes swab yang hasilnya pada 28 April 2020 diketahui positif COVID-19, hingga dirawat di rumah sakit sampai 17 Mei 2020 dinyatakan negatif.
Kekhawatiran sang anak juga disebabkan pihak rumah sakit yang tidak mengizinkan menjenguk pasien positif COVID-19 selama perawatan, hal ini karena adanya kerawanan tertular.
“Terus terang saya khawatir, Mas, saat saya tahu ibu saya itu positif COVID-19, ya, pasti ada kekhawatiran dari kami sebagai keluarga karena usianya sudah tergolong lanjut. Tapi syukur Alhamdulillah, setelah dirawat secara intensif selama 30 hari akhirnya ibu saya sembuh dan boleh pulang kembali, saya menyampaikan banyak terima kasih,” kata Aminah.
Aminah menyampaikan terima kasih yang mendalam kepada para tim medis RS PHC yang telah merawat sang ibu dengan baik hingga dinyatakan sembuh, meski sempat khawatir kondisi kesehatan sang ibu.
Sementara itu, Khofifah mengakui, kesembuhan nenek Kamtin ini memberikan semangat bagi pasien yang masih dirawat, dan membuktikan sangat besar peluangnya untuk sembuh.
“Saya berpesan melalui Aminah, bahwa disiplin adalah vaksin paling tokcer saat ini, karena vaksin COVID-19 belum ditemukan,” ujar Gubernur Jatim perempuan pertama tersebut.
Selain berdisiplin, kata Khofifah, vaksin jitu lainnya yang harus dilakukan masyarakat untuk mencegah COVID-19 adalah membiasakan pola hidup bersih dan sehat, serta mematuhi protokol kesehatan.
“Tiga cara itulah vaksin senyatanya hari ini,” katanya pula.
Berdasarkan data dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jatim, sampai hari ini sedang merawat pasien lanjut usia yang positif COVID-19 masing-masing 11,62 persen laki-laki dan 8,62 persen wanita.
“Mari lindungi dan sayangi mereka karena di usianya yang lanjut menjadi salah satu populasi rentan,” ujar Khofifah.(Red)