Jambi, AP – Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi mencatat nilai impor Jambi pada Agustus 2016 sebesar 4,57 juta dolar AS atau mengalami penurunan 25,07 persen dibanding bulan sebelumnya.
Kepala BPS Provinsi Jambi, Dadang Hardiawan mengatakan, berkurangnya nilai impor Jambi itu dipicu oleh penurunan kelompok komoditi mesin dan alat angkutan dan hasil industri lainnya, Kamis (13/10).
Selain itu impor Jambi melewati tiga pelabuhan utama di Jambi yaitu Pelabuhan Talang Duku Jambi, Muara Sabak dan Kuala Tungkal juga mengalami pernurunan.
Dilihat dari perannya maka secara kumulatif sejak Januari hingga Agustus 2016, nilai impor hasil industri kontribusinya sebesar 42,30 persen dari total impor dan diikuti peran mesin dan alat angkutan 33,09 persen.
Kemudian untuk impor bahan kimia dan sejenisnya berperan mencapai 23,16 persen dan kelompok komoditi makanan dan sejenisnya sebesar 0,82 persen, kelompok komoditi karet dan sejenisnya hanya berperan, 0,63 persen.
Untuk perkembangan nilai impor Provinsi Jambi pada Agustus 2016, dari negara-negara pengimpor utama. Transaksi impor yang mengalami persentase penurunan signifikan adalah dari Tiongkok, Jepang, Amerika dan India.
Sedangkan kenaikan impor terjadi dari negara Singapura, Malaysia, Thailand dan Korea Selatan. Nilai impor terbesar Januari hingga Agustus 2016 berasal dari Tiongkok mencapai 14,63 juta dolar AS.
Bila dilihat perannya terhadap total impor Provinsi Jambi, maka negeri Tiongkok mempunyai peran terbesar yaitu sebesar 35,80 persen, Singapura 4,52 persen dan Malaysia 2,74 persen.
Dadang mengatakan, sedangkan untuk nilai impor Provinsi Jambi menurut golongan penggunaan barang pada Agustus 2016, dari kelompok bahan baku dan penolong sebesar 4,22 juta dolar AS, diikuti oleh impor barang konsumsi 248,58 ribu dolar AS, sedang impor barang-barang modal 105,44 ribu dolar AS.
Struktur nilai impor Provinsi Jambi pada Januari hingga Agustus 2016, mirip bila dibandingkan dengan periode yang sama pada 2015. Pada periode Januari hingga Agustus 2015, nilai impornya didominasi oleh bahan baku dan penolong sebesar 73,07 persen.
Untuk barang-barang modal sebesar 23,28 persen dan barang-barang konsumsi sebesar 3,65 persen. Begitu juga pada periode Januari-Agustus 2016 di dominasi oleh bahan baku dan penolong sebesar 62,70 persen, barang-barang modal 34,06 persen dan barang-barang konsumsi 3,24 persen. ant