JAKARTA, AP – Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kasan menyampaikan bahwa permintaan produk sawit dunia mulai naik, yang ditandai dengan naiknya harga Crude Palm Oil (CPO) pada Juli menjadi 662 dolar AS dibandingkan bulan sebelumnya yakni 569 dolar AS.
“Saya kira di situasi Covid-19 ini, negara tujuan ekspor yaitu China sudah mulai ke arah pemulihan, kemudian indikasinya adalah harga Bulan Juli untuk referensi pungutan sawit dibandingkan Juni itu perlahan naik,” kata Kasan, Kamis 9 Juli 2020.
Menurut Kasan, permintaan juga akan naik seiring dengan memulihnya beberapa negara tujuan ekspor sawit RI yakni India, Pakistan, dan Bangladesh, dari dampak Covid-19.
Adapun negara-negara yang menyerap sawit asal RI paling besar yaitu India, China, Pakistan, Bangladesh, Uni Eropa, dan Amerika Serikat. Pulihnya ekonomi negara-negara tersebut, lanjut Kasan, akan membuat masyarakatnya kembali beraktivitas dan kebutuhan akan minyak nabati, salah satunya minyak kelapa sawit akan kembali naik. Sehingga, ekspor produk sawit RI akan meningkat.
Kasan menyampaikan bahwa Indonesia akan mempertahankan pasar-pasar tradisional tujuan ekspor sawit tersebut, sambil mencari peluang ekspor di pasar-pasar baru. Namun, Kemendag akan berupaya mencari peluang pasar ekspor untuk produk unggulan asal RI ini ke negara-negara lain, di antaranya Timur Tengah dan Afrika, yang dinilai memiliki potensi pasar ekspor besar.
Kasan optimistis bahwa produk minyak sawit asal Indonesia dapat tetap menjadi primadona ekspor, mengingat kualitas dan harganya yang mampu bersaing di pasar global.
Secara terpisah, sebanyak 2.200 ton bungkil sawit dari wilayah Kalimantan Timur siap dikirim menuju Vietnam dengan menggunakan kapal Hai Phuong Asia. Kepala Karantina Pertanian Samarinda, Agus Sugiono mengatakan pihaknya telah melakukan pemeriksaan terhadap muatan bungkil sawit tersebut di Pelabuhan Sungai Samarinda.
Dia menjelaskan berdasarkan data pada Sistem Perkarantinaan, IQFAST ekspor bungkil sawit di tahun 2020 sebanyak 2.200 ton dengan nilai mencapai Rp 9.9 miliar rupiah. Sementara pada periode sama di tahun 2019 hanya sebanyak 1.244 ton dengan nilai Rp 5.6 miliar, peningkatan yang cukup signifikan hampir dua kali lipat.
“Jumlah produksinya besar, kebutuhan pasar domestik tercukupi dan kini mengembangkan ke pasar ekspor baru, Vietnam,” ungkap Agus Sugiyono.
Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil mengapresiasi peningkatan volume ekspor dan tujuan negara baru untuk bungkil sawit asal Kaltim ini. Jamil juga menyebutkan bahwa sejalan dengan tugas perkarantinaan dan arahan Menteri Pertanian (Syahrul Yasin Limpo), untuk mengawal Gratieks (gerakan tiga kali lipat ekspor produk pertanian) selaku fasilitator pertanian di perdagangan internasional maka dilakukan percepatan layanan dalam proses bisnisnya.
Saat ini, secara bertahap layanan terpadu satu pintu kepabeanan dan karantina mulai diterapkan.
“Ke depan tidak ada lagi replikasi dan duplikasi, pemeriksaan makin cepat, tepat dan daya saing produk makin tinggi,” kata Jamil. (Red)