JAKARTA, AP – Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko berharap anggaran sebesar Rp50 triliun dalam bentuk kredit pertanian untuk para petani mampu memulihkan sektor pertanian setelah terdampak pandemi COVID-19.
“Sejumlah kesulitan yang dihadapi para petani kita bantu dengan skema KUR yang bagus. Ada sinergi empat pihak yakni Kementerian Pertanian, perbankan, lembaga keuangan seperti koperasi dan Jasindo sebagai penjamin,” ujar Moeldoko dalam seminar daring Pembiayaan Sektor Pangan dan Agroindustri dalam Rangka Percepatan Pemulihan Ekonomi (PEN), di Jakarta, Rabu 15 Juli 2020.
Pemerintah menyediakan anggaran untuk mendukung KUR (Kredit Usaha Rakyat) sebesar Rp50 triliun untuk sektor pertanian. Kementerian Pertanian bertugas mengalokasikan dana tersebut untuk didistribusikan kepada para petani yang kemudian diharapkan bisa membantu para petani pada masa pandemi.
Moeldoko mencontohkan skema pembiayaan sektor pertanian di Kabupaten Lombok Timur, Provinsi NTB. Program pembiayaan yang dilakukan di Lombok Timur tersebut dapat menjadi referensi untuk dilakukan oleh petani di wilayah lain. Evaluasi juga akan dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan perbaikan.
Menurut Moeldoko, KSP melihat dalam masa pandemi COVID-19 ini, sektor pangan dan pertanian masih menjanjikan. Meski begitu, Badan Pangan Dunia (FAO) mengingatkan agar berhati-hati mengenai food security di kemudian hari.
“Kita harus siaga dan menggerakkan masyarakat petani untuk lebih giat walau dalam masa pandemi COVID-19 ini. Tak perlu takut yang penting disiplin menerapkan protokol kesehatan,” tegasnya.
Yang terpenting, lanjutnya, petani jangan sampai dibebani dengan berbagai persoalan administrasi sehingga sulit mendapatkan KUR. Dengan adanya pembiayaan dari bank, petani dapat meningkatkan produksi. Kemudian, koperasi menjadi tempat untuk memberikan jaminan kepada petani untuk membeli hasil produksinya.
“Perlu dicontoh program yang dilakukan di Lombok Timur sehingga petani merasa nyaman, perbankan pun merasa aman,” ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Benny Pasaribu menjelaskan bahwa KUR menjadi sebuah solusi dan harapan bagi para petani.
Selain itu, lembaga koperasi petani juga membutuhkan biaya untuk menyediakan produk seperti pupuk, benih bahkan sampai membeli hasil produk petani. Pembiayaan untuk petani juga bisa didapatkan pula melalui skema lainnya.
“Sebagai contoh Bulog dalam pembelian beras. Pada level bawah, koperasi dan petani juga harus mendapat pembiayaan. Kementerian Koperasi dan UKM memiliki skema namun belum sistematis sehingga belum maksimal untuk direalisasikan untuk para petani,” paparnya. (Red)