JAKARTA, AP – Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengharapkan uji klinis vaksin Merah Putih bisa dimulai pada awal 2021.
“Kita berharap upaya ini tahun depan sudah menunjukkan hasil baik melalui uji klinis yang kita harapkan bisa berlangsung awal tahun depan maupun produksi skala besar yang kita harapkan bisa dilakukan setelah uji klinis 1-3 selesai,” kata Menristek Bambang, Rabu (26/8).
Hal itu disampaikan Menristek Bambang dalam seminar Thee Kian Wie Lecture Series V yang bertemakan Kebijakan Pembangunan Yang Inklusif Dan Berkelanjutan: Strategi Pemulihan Pasca Pandemi yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Menristek Bambang menuturkan saat ini diperkirakan persentase perkembangan pengembangan vaksin Merah Putih sekitar 40 persen dari seluruh proses.
“Tim di Eijkman sedang menghasilkan antigen, sedang menghasilkan kandidat bibit vaksinnya sendiri yang nantinya akan diujicobakan kepada sel mamalia yang masih dalam skala lab. Kemudian sesudah itu dilakukan uji terhadap hewan atau mamalia itu sendiri sebelum nantinya diserahkan kepada Bio Farma untuk diproduksi dan kemudian uji klinis untuk manusia,” ujar Menteri Bambang.
Untuk mempercepat diperolehnya vaksin, pemerintah Indonesia menjalin kerja sama dengan pihak luar negeri dan mengembangkan vaksin buatan sendiri.
Menristek Bambang mengatakan, pengembangan vaksin Merah Putih juga menjadi krusial dalam rangka membangun kemandirian vaksin bangsa Indonesia.
“Kita juga harus menjaga kemandirian dari vaksin itu sendiri artinya Indonesia dengan penduduk 260 juta sampai 270 juta orang tidak boleh hanya bergantung kepada vaksin yang sudah siap di luar negeri, kita harus punya kemampuan tidak hanya memproduksi vaksinnya tapi juga melakukan penelitian dan pengembangan bibit vaksin dan itu sudah dilakukan oleh Lembaga Eijkman dengan vaksin Merah Putih,” kata Menristek Bambang.
Riset dan pengembangan vaksin Merah Putih dipimpin oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dengan menggandeng sejumlah pihak dan institusi termasuk PT Bio Farma. “Dan dalam upaya ini tentunya Lembaga Eijkman bekerja sama dengan banyak pihak, universitas maupun juga dengan beberapa regulator,” tuturnya.
Vaksin Merah Putih dikembangkan dengan platform protein rekombinan dan dengan menggunakan isolat virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 yang beredar di Indonesia. (Red)