Oleh: Bahren Nurdin, MA
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak sudah di depan mata. Menghitung hari. Saya menganalogikannya seperti lomba lari. Masa kampanye dan debat publik yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dari tanggal medatang ibarat lomba lari meraton. ‘Garis finish’ tinggal beberapa kilo meter saja. Maka dengan sisa waktu yang ada dan jarak tempuh yang pendek ini seharusnya para ‘peserta lomba’ sudah fokus dan konsentrasi penuh.
Fokuslah dan keluarkanlah segala energi yang dimiliki untuk memenangkan ‘pertandingan’. Energi yang ada tidak boleh lagi digunakan untuk hal-hal yang bersifat remeh-temeh, yang tidak secara langsung berkontribusi pada pemenangan. Abaikan segala bentuk ‘godaan’ yang memancing emosi. Tutup mata dari segala bujukan yang dapat mengganggu konsentrasi. Tutup kuping dari segala isu yang tidak penting. Jaga hati agar tetap pada niat dan visi.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Pertama, sudahi ‘negative and black campaign’. Jika masa kampanye salama ini sudah terlalu banyak menghabiskan waktu dan tenaga untuk melakukan kampanye negatif dan kampanye hitam, kini saatnya untuk berhenti. Sudahi melihat kejelakan dan keburukan orang lain. Sekarang lihat diri sendiri! Evaluasi diri agar sisa tenaga yang ada dapat maksimal secara postif mengejar garis ‘finish’. Yakinlah, kampanye negatif dan kemapanye hitam tidak akan menambah energi tapi malah sebaliknya akan menguras energi sia-sia.
Sudah saatnya untuk melakukan ‘positive and white campaign’. Jika salama ini kita mengenal ‘negative and black campaign’ cenderung memusuhi pihak lawan dengan mengumbar segala kejelekan dan aib, maka cara itu sudah harus diakhiri. Secara psikologis hal-hal semacam ini akan menimbulkan ‘aura’ negatif yang bersifat destruktif. Tidak bermanfaat. Maka yang harus dibangun saat ini adalah aura positif dengan menciptakan positive and white campaign yang konstruktif.
Kampanye positif dan kampanye putih ini bisa ditujukan kepada pihak lawan mau pun ke dalam diri sendiri. Kepada pihak lawan perlu ditunjukkan hal-hal positif terutama dalam mempertontonkan hubungan personal antara pasangan calon dan antar anggota tim. Mereka bisa saling memuji program masing-masing dengan menonjolkan kehebatan yang dimiliki. Energi positif ini akan menyebar kepada masyarakat luas. Dampaknya pasti sangat dahsyat. Masing-masing Paslon bisa berkata “wah program bapak luar biasa. Saya setuju, TAPI pasangan kami juga mencoba sesuatu yang luar biasa. Program-praogram bapak bagus tapi program kamilah yang dibutuhkan masyarakat”. Tidak ada kesan menjelekkan orang lain, tapi juga tidak merendahkan diri.
Dengan positive and white campaign semacam ini akan muncul kualitas dan kewibawaan. Yakinlah, kualitas seseorang tidak akan menjadi rendah jika meninggikan orang lain. Kualitas seseorang tidak akan kurang dengan melontarkan kelebihan orang lain. Kualitas seseorang tidak akan buruk dengan menceritakan kebaikan orang lain. Kulitas seseorang tidak akan kecil dengan membesarkan orang lain.
Bahkan sebaliknya, pada saat seseorang meninggikan orang lain, saat itu sesungguhnya dia sedang meninggikan derajatnya sendiri. Saat dia membesarkan nama orang lain, saat itu dia sedang membuat dirinya besar. Saat dia menceritakan segala kebaikan orang lain, saat itu dia sedang menutup aibnya sendiri.
Masing-masing orang yang terlibat dalam perhelatan pesta demokrasi ini harus memegang teguh prinsip-prinsip mulia ini. Dimulai dari pasangan calon (Paslon) diikuti oleh tim sukses dan kemudian ditularkan kepada masyarakat luas. Dengan cara ini pula demokrasi di tanah air kita akan sehat dan beribawa.
Kedua, kuatkan tim dengan aura positif. Check and recheck kesiapan tim pemenangan. Evaluasi satu persatu. Pastikan mereka masih solid dan berada dalam ‘gerbong’ yang sama. Pastikan bahwa tidak ada yang terkontaminasi selama masa kampanye. Hal ini sangat penting untuk memastikan bahwa ‘kereta’ berjalan pada relnya.
Yang sangat penting menanamkan sugasti positif kepada seluruh anggota tim. Seluruh anggota tim sudah harus fokus dan konsentrasi. Masing-masing orang yang diberi amanah di dalam tim ini sudah tidak boleh lagi main-main dengan isu-isu negatif yang destruktif. Seluruh strategi pemangan yang disusun sudah harus terlaksana dengan baik. Evaluasi dan perbaiki. Masih ada sisa waktu beberapa hari ke depan untuk memaksimalkan usaha.
Akhirnya, sudah saatnya merubah paradigma lama yang negatif dan hitam! Mari mulai membangun demokrasi yang sehat ‘jasmani dan rohani’. Sehat ‘jasmani’, artinya mekanisme dan tata kelola pelaksanaanya baik dan ‘berotot’. Sehat ‘rohani’ memiliki makna jiwa-jiwa yang hidup di negara demokrasi ini selalu dihiasi aura postif dengan selalu memiliki pikiran positif (positive thinking). Kita bangsa besar harus berjiwa besar! Saatnya, Berubah!
Penulis merupakan Akademisi UIN STS Jambi dan Direktur Pusat Kajian Demokrasi dan Kebangsaan atau PUSAKADEMIA.