TANJAB TIMUR, AP – Meski ditengah Pandemi Covid-19, tren budidaya ikan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjab Timur) masih tergolong stabil. Hal itu terjadi dikarenakan peredaran atau pun pemasarannya masih didalam provinsi, sehingga tidak terlalu berimbas terhadap petani budidaya ikan. Seperti pemasaran di pasar-pasar kalangan, Bioflok dan Pondok Pesantren.
“Selain itu, pemasaran petani juga melaju pesat saat musim pernikahan. Tapi karena sekarang resepsi pernikahan belum bisa diadakan, jadi petani hanya menjual di pasar, Bioflok dan pesantren,” ujar Ibnu Hayad, Kepala Dinas Perikanan Tanjab Timur, Rabu (2/9).
Ia menjelaskan ada beberapa jenis ikan yang dibudidayakan seperti ikan Nila, Lele dan Patin. Namun, yang paling banyak ikan Nila dan Lele, karena waktu panennya cepat, beda dengan ikan Patin.
“Harga dari petani ke pedagang saat ini juga masih normal berkisar Rp15 sampai Rp17 ribu, bahkan Rp20 ribu. Akan tetapi beda lagi jika petani tersebut menjual sendiri di pasar. Petani pun tidak menjualnya sekaligus. Kalau borongan harganya murah. Jadi ikannya dijual sesuai dengan hari pasar. Begitu siasat petani,” katanya.
Selain itu, pihaknya juga telah melakukan persiapan untuk menghadapi musim kemarau dengan memerintahkan kepada para penyuluh untuk terus memantau kondisi kolam budidaya milik petani.
“Jika di lapangan ada terdapat permasalahan di saat kemarau, kami nanti akan meminta bantuan langsung kepada Dinas Perumahan dan Pemukiman untuk pengadaan air irigasi. Itu sifatnya untuk penanggulangan awal,” ucapnya.
Untuk diketahui, ada sekitar 350an budidaya ikan di Kabupaten itu, baik kolam maupun Bioflok. Setiap tahunnya ada daerah tertentu mengalami penurunan jumlah budidaya, seperti Kecamatan Mendahara Ulu dan Mendahara. (Hifni)