Jambi, AP – Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jambi Ar Syahbandar minta pemerintah provinsi/kabupaten agar berusaha menyediakan fasilitas layanan jaringan seluler di kawasan objek wisata di daerah itu sebagai upaya memberikan kenyamanan pengunjung.
“Harus dibuka komunikasi, kawasan objek wisata harus tersedia jaringan seluler, itu untuk pelayanan/kenyamanan pengunjung dan sebagai bentuk kemajuan daerah,” katanya, Rabu (19/10).
Diketahui dua objek wisata ternama di Jambi yakni taman bumi (geopark) di Kabupaten Merangin dan Candi Muarojambi di kabupaten Muarojambi, ternyata tidak ada sinyal telepon seluler (blank spot).
Sebab itu Syahbandar mendesak pemerintah provinsi dan kabupaten dan instansi terkait seperti Kominfo untuk berkoordinasi bersama perusahaan seluler dalam upaya penyediaan fasilitas jaringan seluler atau Base Transceiver Station (tower) di dua kawasan objek wisata itu.
“Kita ambisinya meningkatkan pariwisata Jambi, sementara pengunjung susah berkomunikasi ketika berada di objek wisata. Saya pikir ini pincang,” katanya.
Apalagi katanya, ‘geopark’ Merangin diusulkan sebagai warisan dunia dan Candi Muarojambi yang merupakan candi terluas di Asia Tenggara itu sudah menjadi ikon Jambi.
“Memang sudah selayaknya dipikirkan bagimana kenyamanan dan kepuasan pengunjung. Jadi walaupun berada di Candi Muarojambi ataupun ‘geopark’ pengunjung yang liburan tetap bisa berkomunikasi dengan keluarga atau berkomunikasi soal bisnis,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jambi Edi Erizon, membenarkan jika di kawasan ‘geopark’ dan Candi Muarojambi dan beberapa objek wisata di Jambi tidak ada sinyal jaringan seluler.
Edi menjelaskan penyediaan layanan jaringan seluler kewenanganya ada di pemerintah daerah itu sendiri. Sebab membangun jaringan harus ada kerjasama seperti pembebasan lahan dan bagi hasil.
“Mungkin Pemda setempat sudah ada kerjasama membangun fasilitas jaringan seluler, tapi mungkin belum nampak atau ada kendala lain. Disbudpar sebagai pengguna jasanya tentu sangat mendukung adanya fasilitas layanan itu,” kata Edi.
Menurutnya, di kawasan wisata biasanya pengunjung langsung ingin update. Mempromosikan foto-foto atau video mereka yang tengah berada di objek wisata melalui media sosial. Akibat tidak tersedia layanan tersebut tentu kabar itu juga tertunda.
“Kita tau sinyal untuk komunikasi, pengunjung itu kepingin langsung promo. Tapi energi untuk menyampaikan itu tidak tersedia, akhirnya kabar beritanya hanya nyangkut di udara,” katanya. ant