JAKARTA, AP – Dokter spesialis paru pada Universitas Indonesia Erlina Burhan mengatakan pasien COVID-19 rentan terkena happy hypoxia yaitu kekurangan oksigen di dalam darah yang tidak diikuti dengan rasa sesak nafas.
“Normal, seseorang yang kekurangan oksigen dalam darahnya akan mengalami sesak nafas karena otak mengirimkan sinyal pada tubuh untuk mengambil oksigen sebanyak-banyaknya. Pada pasien COVID-19 karena ada kerusakan otak, sehingga tidak ada sinyal yang dikirim ke tubuh,” kata Erlina di Jakarta, Rabu (16/9).
Karena otak tidak mengirimkan sinyal ke tubuh saat kadar oksigen di dalam darah berkurang, seseorang yang mengalami kemudian akan mengalami penurunan kesadaran dan bisa berakibat fatal bila tidak segera mendapatkan pasokan oksigen. Satu-satunya cara mengatasi adalah dengan terapi oksigen di rumah sakit.
Tanda-tanda seorang pasien COVID-19 mengalami happy hypoxia antara lain gejala bertambah, mengalami batuk yang menetap, keluhan semakin lemas, dan ujung jari dan ujung bibir berwarna kebiruan. “Bila mengalami gejala-gejala tersebut, jangan sampai menunggu ujung jari dan ujung bibir berwarna biru karena itu sudah gejala berat, segera ke rumah sakit untuk mendapatkan terapi oksigen,” tuturnya.
Erlina mengatakan kadar oksigen dalam tubuh bisa diukur menggunakan pulse oksimetri. Namun, dia tidak menyarankan masyarakat untuk tergesa-gesa membeli alat tersebut sehingga terjadi pembelian dalam jumlah besar sebagaimana halnya terjadi pada masker pada saat awal pandemi COVID-19.
“Penggunaan pulse oksimetri bukan untuk orang sehat dan orang tanpa gejala. Hanya pasien COVID-19 dengan gejala saja yang mungkin bisa mengalami happy hypoxia. Happy hypoxia hanya salah satu kondisi yang mungkin terjadi pada pasien COVID-19,” jelasnya.
Dalam kondisi normal, kadar oksigen dalam darah seseorang adalah 95 persen hingga 100 persen. Pada seseorang yang mengalami hypoxia, kadar oksigen dalam darah bisa menurun menjadi 60 persen hingga 70 persen.
Gejala dan kondisi yang mungkin dialami pasien COVID-19 bisa berbagai macam. Selain happy hypoxia, pasien COVID-19 juga bisa kehilangan penciuman atau hanya sakit kepala. “Yang perlu diwaspadai adalah bila gejala bertambah, batuk yang terus menerus yang menunjukkan ada kelainan pada paru-paru,” katanya. (Red)