BERENCANA mengubah salah satu jet jumbonya yang tidak dioperasikan menjadi restoran dan menawarkan makanan pesawat yang diantar ke rumah, sebagai inisiatif untuk mencoba menarik pelanggan yang belum dapat melakukan perjalanan karena pandemi Covid-19.
Maskapai itu juga akan menawarkan tur ke pusat pelatihan dan pengalaman simulasi penerbangan, tetapi membatalkan ide awal untuk mengikuti tren yang berkembang di Asia –untuk penerbangan wisata– menyusul reaksi negatif terkait kesehatan lingkungan.
“Dengan Covid-19 yang secara drastis mengurangi jumlah penerbangan yang dioperasikan oleh SIA Group, kami telah menciptakan aktivitas unik yang memungkinkan kami untuk berinteraksi dengan penggemar dan pelanggan kami selama ini,” kata CEO Singapore Airlines (SIA) Goh Choon Phong, Selasa (29/9).
Mereka yang ingin makan di dalam pesawat bertingkat ganda A380, pesawat penumpang terbesar di dunia, dapat memilih duduk di kelas kabin yang berbeda dan menu yang dirancang oleh koki internasional.
Pelanggan akan diberikan tas berisi souvenir, dan mereka yang menggunakan pakaian tradisional untuk bersantap akan mendapatkan hadiah tambahan.
Jika pelanggan memilih agar makanan pesawat dikirim ke rumah, mereka akan menerima video selamat datang, panduan tentang cara memanaskan dan menghidangkan hidangan. “Serta daftar lagu yang disusun secara khusus untuk menciptakan kembali pengalaman di pesawat SIA,” kata maskapai itu.
Tanpa memiliki jaringan domestik, maskapai penerbangan nasional Singapura itu secara finansial dihantam oleh pembatasan perjalanan internasional dan baru-baru ini memberhentikan sekitar seperlima stafnya.
Awal September, Thai Airways telah mengubah kafetaria kantor pusatnya di Bangkok menjadi restoran bertema maskapai penerbangan, dihiasi suku cadang dan kursi pesawat serta awak kabin berseragam lengkap.
Mengubah pesawat tua menjadi restoran bukanlah konsep baru, tetapi menggunakan pesawat aktif untuk tujuan tersebut menunjukkan tekanan finansial yang dialami maskapai penerbangan, dengan lalu lintas penumpang yang diperkirakan tidak akan kembali ke tingkat sebelum pandemi hingga tahun 2024. (Red)