KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) mengatakan bahwa fokus pemerintah yang mengutamakan penanganan kesehatan masyarakat, terutama menangani pandemi COVID-19, merupakan cara yang tepat untuk sekaligus mempercepat pemulihan ekonomi.
“Jadi tetap masalah kesehatan yang diutamakan,” kata Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan dr H Mohamad Subuh, Selasa (1/12).
Ia mengatakan pandemi COVID-19 telah menimbulkan multiple burden atau banyak permasalahan bagi semua orang, tidak hanya masalah kesehatan, tetapi juga ekonomi, keamanan dan bahkan permasalahan sosial.
Semua permasalahan itu perlu ditangani secara berkesinambungan sehingga upaya menyehatkan masyarakat secara jasmani juga dapat diikuti dengan upaya menyehatkan perekonomian mereka.
Untuk itu, menurut Mohamad, fokus pemerintah yang lebih mengutamakan penanganan kesehatan masyarakat yang terkena dampak COVID-19 adalah langkah yang tepat untuk dapat sekaligus mempercepat pemulihan ekonomi.
“Pepatah Inggris mengatakan more money for health, and for health making money. Jadi perbanyak lah uang untuk kesehatan. Nanti kesehatan itu sendiri yang akan menghasilkan lebih banyak uang,” katanya.
Ia menekankan bahwa investasi pemerintah di bidang kesehatan, berupa penanganan agar masyarakat dapat segera terbebas dari pandemi COVID-19, merupakan investasi tepat yang dapat sekaligus mendongkrak perekonomian.
“Artinya dengan upaya pemerintah sekarang yang sudah all out baik dari sektor kesehatan, stimulus perekonomian dan segala macam cara diusahakan untuk itu, tapi tujuannya adalah satu, ingin menyehatkan individu,” katanya.
“Kalau individunya sehat, keluarganya sehat, tatanan masyarakat sehat, maka profuktivitas akan meningkat. Kalau produktivitas meningkat, pendapatan meningkat. Pendapatan individu meningkat, pendapatan negara juga meningkat. Jadi negara ini menjadi suatu negara yang sehat bukan saja sehat secara jasmani tetapi juga secara finansial,” kata dia lebih lanjut.
Dengan demikian, ia mengatakan bahwa pilihan pemerintah untuk fokus menganggarkan upaya penanganan kesehatan masyarakat adalah upaya yang tepat dan efisien untuk sekaligus memulihkan ekonomi di tengah keterbatasan sumber daya yang ada.
Terpisah, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim meluncurkan pedoman perubahan perilaku protokol kesehatan 3M dalam 77 bahasa daerah di Jakarta, Selasa (1/12).
“Saat ini ditengarai pesan-pesan yang disampaikan oleh pemerintah melalui kampanye pencegahan penyebaran COVID-19 masih perlu ditingkatkan. Agar semakin mudah dipahami oleh masyarakat antara lain karena bahasa yang terlalu tinggi atau rumit. Tantangan komunikasi dan sosialisasi publik ini harus cepat diatasi,” ujar Nadiem.
Dia menambahkan strategi mengubah pesan pesan itu ke dalam bahasa yang paling dekat dengan masyarakat yaitu bahasa daerah masing-masing sangat tepat.
“Apalagi bahasa daerah sebagai bahasa ibu adalah sarana yang dapat mendekatkan pesan secara lebih emosional kepada penuturnya. Harapan saya dengan diterjemahkan ke dalam bahasa ibu, para penutur bahasa dapat merasa lebih dekat dan lebih memahami pedoman tersebut,” harap dia.
Kemudian tergerak untuk menerapkan pedoman ke dalam kehidupan sehari-hari. Nadiem menyambut baik adanya pedoman perilaku protokol kesehatan dalam bahasa daerah itu.
“Saya menyambut baik dan mengucapkan terima kasih atas inisiatif yang diambil oleh Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa bekerja sama dengan tim Satgas Penanganan COVID-19 ini,” tambah dia.
Dia berharap melalui pedoman dalam bahasa daerah tersebut, upaya menghentikan penyebaran COVID-19 mendapatkan kemudahan dari Tuhan Yang Maha Esa. Pedoman perubahan perilaku protokol kesehatan 3M dalam 77 bahasa daerah itu memuat pesan yakni memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun. (Red)