KETUA Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menegaskan bahwa di internal partainya tidak ada pembahasan terkait siapa yang akan menggantikan Edhy Prabowo sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan setelah yang bersangkutan ditangkap KPK terkait kasus dugaan korupsi impor benih lobster.
Menurut dia, Gerindra tidak mengusulkan nama pengganti Edhy di kabinet karena menjadi hak prerogatif Presiden Jokowi menunjuk seorang menteri.
“Di internal Gerindra tidak ada pembahasan mengenai siapa yang akan menggantikan Menteri KKP karena kami tidak mengusulkan nama pengganti dan diserahkan kepada Presiden,” kata Dasco, Rabu (16/12).
Dasco juga merespon terkait kabar bahwa dirinya akan menggantikan Edhy Prabowo sebagai Menteri KKP. Menurut dia, dirinya merasa tidak menguasai bidang kelautan dan perikanan sehingga tidak mungkin menjalankan tugas yang tidak dikuasainya.
“Saya tidak menguasai bidang kelautan dan perikanan sehingga tidak mungkin saya menjankan sesuatu yang tidak dikuasai dengan baik,” ujarnya
Sementara itu, Anggota Komisi IV DPR RI Johan Rosihan menginginkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dapat fokus melestarikan berbagai jenis perikanan air tawar di Tanah Air.
“Jaga kelestarian berbagai jenis ikan endemik yang ada di perairan air tawar karena saat ini statusnya terancam punah,” kata Johan Rosihan.
Ia mencontohkan, jenis ikan air tawar yang harus dijaga kelestariannya antara lain ikan belida yang hanya terdapat di perairan wilayah Sumatera Selatan, yang selama ini digunakan sebagai bahan baku makanan khas pempek.
Johan menjelaskan bahwa makna dari ikan endemik merupakan ikan yang tidak ada di daerah lain, contohnya ikan belida di Sumsel dan ikan bilih di Sumbar
“Saya berharap pemerintah segera melakukan pengembangan perikanan perairan air tawar karena potensi yang kita miliki sangat besar,” ujar Johan.
Selanjutnya dalam potensi skala nasional, urai Johan, negara Indonesia diketahui memiliki hingga total 440 spesies ikan air tawar endemik.
Untuk itu, Johan mendorong pemerintah agar selalu mengoptimalkan potensi budi daya ikan air tawar dengan berbagai kebijakan serta membangun berbagai sarana pendukung untuk meningkatkan nilai ekonomi dari produk perikanan air tawar.
“Perlu diprioritaskan pengembangan bibit dan benih ikan, pusat penelitian spesies ikan lokal serta teknologi tepat guna untuk budi daya ikan air sungai agar pengembangannya lebih menguntungkan nelayan dan masyarakat sekitar agar lebih sejahtera,” ucapnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Riset dan SDM KKP Sjarief Widjaja mengungkapkan keunggulan sistem bioflok dalam budi daya perikanan sehingga diharapkan kalangan pembudi daya di berbagai daerah dapat menerapkannya.
“Pemerintah tengah memacu pertumbuhan produktivitas perikanan budi daya, misalnya melalui penerapan teknologi baru sistem bioflok recirculating aquaculture system,” katanya.
Menurut dia, sistem ini dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas pengembangan budi daya skala rumah tangga karena dapat dilakukan di lahan yang sempit, seperti di perkarangan belakang rumah dengan tetap menjamin pemenuhan kebutuhan oksigen dan udara.
Secara umum, lanjutnya, pada budi daya ikan secara intensif, semakin tinggi padat tebar, semakin banyak pula kebutuhan pakan, semakin banyak kebutuhan air, dan semakin banyak limbah yang dibuang.
“Untuk menekan kebutuhan air dan pakan serta meminimalkan buangan limbah ini, diperlukan teknologi budi daya yang sesuai. Teknologi sistem bioflok dinilai sebagai jawabannya,” kata Sjarief.Ia menyebutkan, selain minim limbah, sistem tersebut juga sekaligus dapat mendaur ulang limbah menjadi pakan budi daya. Budi daya sistem ini juga tidak menghasilkan bau yang tidak sedap sehingga dapat diterapkan di mana saja. (Red)