Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan seluruh vaksin corona, termasuk buatan China, seharusnya diakui oleh seluruh negara yang sudah membuka kembali perbatasan mereka dan menerima pendatang yang sudah divaksin.
Pernyataan WHO ini bisa dilihat sebagai desakan kepada negara-negara di Eropa dan Amerika Utara yang sampai saat ini belum memberikan izin penggunaan dan tidak mengakui vaksin Covid-19 buatan China.
Sampai saat ini WHO memberikan izin penggunaan bagi vaksin Covid-19 buatan perusahaan Barat yakni Pfizer-BioNTech, Moderna Inc., AstraZeneca, serta Johnson & Johnson.
Selain itu, WHO juga memberi izin kepada dua vaksin buatan China, Sinovac dan Sinopharm.
“Kebijakan yang hanya membolehkan orang-orang yang sudah divaksin hanya dari beberapa produsen yang diizinkan oleh WHO untuk memperoleh keuntungan dari pembukaan kembali kegiatan perjalanan akan menciptakan dua sistem yang berbeda, memperlebar kesenjangan vaksinasi di tingkat dunia dan memperburuk ketidakadilan yang telah kita lihat dalam distribusi vaksin Covid-19. Hal ini akan berdampak buruk terhadap pertumbuhan ekonomi,” demikian isi pernyataan WHO, seperti dilansir Associated Press, Jumat (2/7/2021).
Sebagai contoh dengan pembedaan perlakuan terhadap vaksin corona yang dimaksud adalah seperti keputusan Uni Eropa pada Mei lalu yang hanya mengakui vaksin yang diberi izin oleh Badan Obat-obatan Eropa.
Sampai saat ini lembaga itu sama sekali belum menyetujui vaksin Covid-19 buatan China.
Akan tetapi, Uni Eropa menyatakan mereka tidak melarang jika ada negara anggotanya yang membolehkan para pendatang yang sudah divaksin Covid-19 di luar dari yang diberi izin oleh Badan Obat-obatan Eropa, termasuk vaksin Sputnik V buatan Rusia.
Badan Obat-obatan Eropa dilaporkan tengah mempertimbangkan memberi izin penggunaan vaksin Sinovac, tetapi sampai saat ini alur prosesnya belum diketahui secara rinci.
Sampai saat ini mereka tidak berniat memberi izin vaksin AstraZeneca yang dibuat dengan lisensi di India.
Kebijakan itu dinilai bisa menyulitkan penduduk di negara berkembang yang mengandalkan vaksin corona dari skema pemerataan COVAX yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Menurut WHO, kebijakan semacam itu merusak kepercayaan terhadap vaksin Covid-19 yang sudah dinyatakan aman dan efektif.
Sebab dalam laporan WHO, vaksin Sinopharm dan Sinovac diketahui efektif melawan virus corona serta mengurangi ancaman kematian akibat penyakit itu.
Vaksin Sinopharm dan Sinovac dibuat dengan teknik melemahkan virus corona. Sedangkan vaksin yang dibuat oleh perusahaan Barat menggunakan teknologi yang mampu mengambil zat protein yang membungkus virus itu.
Meski negara-negara Barat saat ini bergantung dengan vaksin buatan Pfizer-BioNTech atau AstraZeneca, tetapi negara-negara berkembang banyak yang memilih menggunakan vaksin buatan China.
Negara seperti Seychelles dan Bahrain yang menggunakan vaksin buatan China memperlihatkan tingkat kekebalan masyarakat mereka setelah disuntik cukup baik dan bisa menahan lonjakan kasus infeksi seperti yang kini tengah terjadi di sejumlah negara lain di dunia.