JAKARTA – Presiden Jokowi mengaku tahu bagaimana jeritan rakyat selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat dijalankan untuk perangi Covid-19. Alasan itu yang membuat Jokowi tak melakukan lockdown.
Pengakuan itu disampaikan Jokowi ketika membagikan Bantuan Presiden Produktif Usaha Mikro (BPUM), di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu kemarin. Penyaluran bantuan ini secara simbolis dilakukan secara online dan offline.
Ada sekitar 100 pelaku usaha yang mengikuti penyaluran bantuan tersebut lewat konferensi video. Mereka tersebar di Kota Medan, Kota Tasikmalaya, Kota Pasuruan, dan Kota Denpasar.
Sementara offline, menerima bantuan tersebut langsung di halaman depan Istana Merdeka, kemarin. Di hamparan rumput hijau itu, ada sekitar 20 pelaku usaha mikro dan kecil hadir menghadap presiden dengan protokol kesehatan (prokes) ketat.
“Saya tahu bapak ibu semuanya pada kondisi tidak mudah, bener? Sangat sulit, bener?” tanya Jokowi mengawali pembicaraannya. Ia di dampingi Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dan Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono.
Kepala Negara bilang, kondisi sulit ini tak cuma dirasakan oleh pelaku usaha kecil. Tapi juga dirasakan oleh pelaku usaha menengah hingga besar. Tak cuma di Indonesia, tapi juga seluruh dunia.
Sejurus kemudian, mantan Wali Kota Solo ini tampak seperti memberi sinyal harapan ekonomi bisa bangkit lagi. Asalkan kasus Coronanya turun. Seperti terjadi pada awal-awal tahun ini, sebelum virus Corona varian Delta yang ganas menyerang Indonesia. Pertumbuhan ekonomi saat itu mulai menunjukkan peningkatan.
“Kalau Corona turun, pasti ekonomi naik-naik,” ucapnya dengan tangan kanannya naik turun menggambarkan gelombang kurva Corona.
Jokowi mengakui, PPKM Darurat Jawa-Bali adalah keputusan berat yang harus diambil. Karena tidak ada pilihan lain. Berdasarkan pantauannya, hampir semua titik di pulau Jawa berstatus zona merah. “Alhamdulillah sekarang, pelan-pelan bisa kita rem,” tuturnya.
“Saya tadi pagi juga sudah mengecek Wisma Atlet, yang dulu sudah hampir 90 persen, pagi tadi saya cek angka keterisian tempat tidur di angka 38 persen,” sambungnya.
Di satu sisi, Jokowi bersyukur jumlah kasus Covid-19 di Pulau Jawa turun. Tapi di sisi lain, ia juga waswas. Karena gantian di luar Pulau Jawa, kasusnya yang naik. “Saya ngomong apa adanya, bukan nakut-nakuti, kasus corona ini akan selesai kapan. WHO pun juga belum bisa memprediksi,” ungkapnya.
Karena itu, filosofi gas dan rem yang kerap disampaikan Jokowi harus difungsikan dengan tepat saat ini. Sehingga sektor kesehatan tetap ditangani, sektor ekonomi juga tetap bisa berjalan.
Nggak bisa ditutup total atau lockdown sebagaimana dilakukan sejumlah negara lain di dunia. Toh, baru setingkat PPKM Darurat yang notabene adalah semi lockdown saja, banyak yang menjerit.
“Saya masuk ke kampung, saya masuk ke daerah, semuanya menjerit. Minta untuk dibuka. Saya rasa bapak dan ibu juga mengalami hal yang sama kan?” tanya Jokowi lagi. “Kalau lockdown bisa kita bayangkan, dan lockdown itu juga tidak bisa menjamin permasalahan jadi selesai,” tambahnya.
Harapannya ada pada vaksin. Salah satu jurus pemerintah untuk mewujudkan herd immunity atau kekebalan kelompok. Targetnya, akhir tahun ini 70 persen penduduk Indonesia sudah divaksinasi.
“Kalau sudah 70 persen, paling tidak daya tular dari virus ini menjadi agak terhambat,” katanya.
Hendak beranjak meninggalkan lokasi acara, Jokowi kembali mengambil pelantang suara. Merasa ada yang terlewat dari pidatonya.
“Ini tadi yang belum saya sampaikan, tahun 2021 yang akan dibagikan untuk Banpres produktif ini adalah Rp 15,3 triliun. Yang dibagikan kepada 12,8 juta pelaku usaha mikro dan kecil yang ada di seluruh tanah air dan mulai dibagikan hari ini,” tutupnya.