Marak Jual beli Lahan Lapak dan Sewa Tenda di Arena Pameran
Muarasabak, AP. – Judi Bola gelinding di arena pameran HUT ke-17, Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), di Gor Paduka Berhala, Kota Muarasabak, bikin warga Sepucuk Nipah Serumun Nibung, heboh dan mempertanyakan ke berbagai pihak, kenapa perjudian itu, leluasa melakukan aktivitasnya.
Tidak itu saja HUT ke-17 Tanjabtim, tahun 2016 juga dinodai dengan berbagai persolan seperti jual beli lahan lapak tempat berjualan di arena pameran dan sewa tenda. Yang menguntungkan pihak pihak dan oknum oknum tertentu.
Perjudian bola gelinding di arena pasar malam atau dilokasi pameran dan mendompeng di stand pameran pembangunan HUT Tanjabtim ke-17 tahun 2016, sungguh mengejutkan berbagai pihak karena judi gelindiung tadi muncul di arena pemaran pembangunan Tanjabtim.
Kepala Disperindag, Tanjabtim, Taher kepada Aksi Post, mengaku belum mendapat laporan terkait hal itu, pihaknya akan melakukan pengecekan untuk membuktikan kebenarannya.“Kalau memang benar ada perjudian, malam ini juga mereka harus menstop aktifitasnya,” tandasnya.
HUT Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) ke-17 yang dipusatkan di GOR Paduka Muarasabak. Tampaknya dimanfaatkan oknum tidak bertanggung, untuk meraup keuntungan pribadi dengan menaikkan harga sewa tenda khusus pedagang hingga dua kali lipat. Padahal Pemkab Tanjabtim sengaja menyediakan sejumlah tenda atau lapak khusus pedagang, dengan tarif murah agar perayaan HUT Tanjabtim dapat semeriah mungkin.
Berdasarkan data yang dihimpun dari beberapa pedagang yang mencoba mengais rezeki di perayaan HUT Kabupaten Tanjabtim. Pungutan yang dibebankan kepada pedagang beragam, yakni dari Rp. 100 ribu hingga Rp. 1,2 juta per lapak. Bagi pedagang yang menggunakan tenda, yang telah disediakan Pemkab dikenakan biaya Rp. 1,2 juta. Padahal tarif resmi sewa tenda tersebut hanya Rp. 500 ribu per lapak. Namun ada juga pedagang yang mengaku hanya dimintai Rp. 1 juta, namun lokasinya cukup jauh dari keramaian.
Begitu juga bagi pedagang yang berinisiatif memasang tenda sendiri, tetap dikenakan biaya sebesar Rp. 600 ribu dengan dalih untuk sewa lahan. Bahkan seorang pedagang bakso, yang berada di paling ujung lokasi pameran dan hanya menggunakan terpal seadanya tetap dipungut biaya sebesar Rp. 100 ribu.
“Kalau yang di depan itu sewanya Rp. 1,2 juta. Kalau mau agak miring yang dibelakang cuma Rp. 1 juta, tapi ya lokasinya kurang strategis,” ujar Rio salah seorang pedagang, sembari menunjuk lokasi yang dimaksud.
Lain halnya dengan Ratna, yang memilih menggunakan sewa tenda pihak ketiga dengan maksud untuk menekan biaya operasional. Sayangnya bajet yang dikeluarkan Ratna pun juga mencapai Rp. 1,2 juta, yakni untuk biaya sewa tenda Rp. 600 ribu dan ditambah biaya sewa lahan Rp. 600 ribu.
“Kalau tenda kami nyewa dengan kerabat, tapi ujungnya sama aja karena kami tetap dipungut biaya sewa lahan,” keluhnya.
Terpisah, Kepala Disperindag Kabupaten Tanjabtim M. Taher mengatakan, biaya sewa tenda yang telah disediakan Pemkab hanya dikenakan biaya Rp. 500 ribu saja. Dirinya pun membantah adanya pungutan dengan dalih sewa lahan, karena hal tersebut sama sekali tidak mendasar. “Yang ngurus tenda ini masih anak buah sayolah,” ucapnya.
Disinggung adanya kenaikan sewa tenda, dirinya mengaku sama sekali tidak tahu. Menurutnya, hal ini terjadi karena adanya pedagang yang memborong lapak, kemudian lapak tersebut disewakan kembali dengan tarif yang lebih tinggi.
“Bisa saja terjadi seperti itu, yang pasti tarif sewa dari kami hanya Rp. 500 ribu saja,” kata Taher dengan santai. Selain persoalan tarif sewa lapak yang tinggi, pengunjung juga mengeluhkan soal biaya masuk dan parkir seharga Rp. 5000 per kendaraan. Dimana hal ini juga diakui M. Taher, dan akan berkoordinasi dengan pengelola parkir untuk menurunkan tarif tersebut.
“Kalau Rp. 5000 memang terlalu tinggi, nanti akan saya kasih tau untuk diturunkan. Kalau tarifnya cuma Rp. 2000 kan wajar,” kata Taher, yang mengaku uang parkir ini tidak disetor ke kas daerah, melainkan untuk para pengurus parkir itu sendiri.cok/fni