HARGA minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) kembali membukukan kinerja positif di pekan ini setelah sebelumnya merosot cukup dalam. Meski demikian, di pekan depan harga CPO berisiko merosot lagi.
Melansir data Refinitiv, sepanjang pekan ini harga CPO kontrak tiga bulan ke depan naik 1,6% ke 4.333 ringgit (RM) per ton. Sementara di pekan lalu, CPO jeblok hingga 5,5%.
Jika melihat ke belakang, CPO masih dalam tren positif, dalam 11 pekan terakhir hanya mencatat pelemahan dua kali, bahkan sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa RM 4.560/ton pada 12 Agustus lalu.
Penurunan supply CPO terjadi akibat pembatasan sosial yang diketatkan di dua produsen besar, yakni Indonesia dan Malaysia guna meredam penyebaran penyakit akibat virus corona (Covid-19).
Kasus Covid-19 di Indonesia memang sudah melandai. Pemerintah juga sudah melakukan pelonggaran Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Tetapi penambahan kasus di Malaysia justru sedang tinggi-tingginya. Rata-rata penambahan kasus dalam tujuh hari terakhir hingga Jumat (27/8/2021) sebanyak 21.413 orang, meningkat jauh ketimbang 27 Juni lalu sebanyak 5.377 orang.
Sementara itu, Jim Teh, trader CPO senior di Interband Group Companies, persediaan di Indonesia dan Malaysia akan membebani sentimen pasar.
“Ada surplus minyak sawit di pasar, Indonesia sekitar 4 juta ton dan Malaysia sekitar 1,5 juta ton. Harga CPO saat ini sangat tinggi, dan berisiko merosot dalam waktu dekat,” kata Teh, sebagaimana dilansir The Star, Sabtu (28/8/2021).
“Selain itu, dengan biaya produksi sekitar RM 1.500 hingga RM 1.800 per ton, harga CPO saat ini dipandang sebagai permainan spekulatif,” tambahnya.
Sementara itu, trader lainnya David Ng, mengatakan laporan ekspor terbaru akan mempengaruhi sentimen pasar.
AmSpec Agri Malaysia sebelumnya mengatakan ekspor CPO dan produk turunannya pada periode 1 sampai 25 Agustus turun 12,27% menjadi 988.809 ton, dibandingkan periode yang sama bulan Juli 1,13 juta ton.
“Melihat penurunan ekspor belakangan ini, kami memperkirakan CPO akan bergerak dalam rentang sempit dengan kecenderungan turun. Pada pekan depan harga akan berada di kisaran RM 4.100 sampai RM 4.380 per ton” kata David Ng. (CNBC)