JAMBI – Mantan Anggota DPR RI Komisi Keuangan dan Perbankan tiga periode, Usman Ermulan, meminta Gubernur Jambi Al Haris memanfaatkan Pelabuhan Muara Sabak yang lebih baik agar memberikan manfaat luas, sebagai pelabuhan tujuan ekspor.
Menurut orang dekat mendiang mantan Presiden BJ Habibie itu, salah satunya akan mendongkrak harga tandan buah segar (TBS) milik petani dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).
“Cangkang saja bisa diekspor melalui ambang luar Muara Sabak. Kok ekspor CPO masih melalui Dumai Provinsi Riau,” ujar Usman, Jumat (10/9/2021).
Usman menyebutkan, sawit salah satu komoditi yang mampu membangkitkan perekonomian Jambi saat ini, yang berdampak besar terhadap nilai kesejahteraan petani dan diharapkan dapat segera mempercepat pemulihan ekonomi.
Meski, kata Usman, Pemerintah Jambi punya hasrat besar ingin membangun pelabuhan lain dengan tujuan ekspor, yakni Pelabuhan Ujung Jabung.
“Ongkos dari Pelabuhan yang ada saat ini (Talang Duku Jambi) ke Dumai bisa sampai Rp500 per kilogram. Betul ada rencana besar membangun Pelabuhan Ujung Jabung. Tapi kapan? apakah menjelang itu pemerintah berdiam diri saja,” sebut mantan Bupati Tanjungjabung Barat dua periode ini.
Sementara itu, data yang dirilis BPS Jambi pada 1 September 2021, nilai ekspor asal Provinsi Jambi pada bulan Juli 2021 naik sebesar 25,25 persen dibandingkan bulan sebelumnya yaitu dari US$ 169,53 juta pada bulan Juni 2021 menjadi US$ 212,35 juta pada bulan Juli 2021.
Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh peningkatan komoditi minyak nabati, komoditi karet dan olahannya, komoditi migas, serta komoditi batubara.
Asal tahu saja, Pelabuhan Muara Sabak lahir dari semangat perjuangan Usman Ermulan yang kala itu bertugas di Komisi APBN pada tahun 1998.
Berdasarkan data GAPKI diketahui bahwa periode Juli 2021 di Indonesia, ekspor minyak kelapa sawit dan produk turunannya kembali bergairah.
Ekspor minyak sawit bulan Juli 2021 tercatat naik 716 ribu ton menjadi 2.742 ribu ton dengan kenaikan ekspor terbesar pada olahan CPO sebesar 548 ribu ton menjadi 2.110 ribu ton, dan CPO yang naik 104 ribu ton menjadi 151 ribu ton.
Secara YoY hingga Juli 2021, volume ekspor mengalami sedikit penurunan yakni sebesar 0,6 persen.
Nilai ekspor produk minyak sawit bulan Juli 2021 mencapai US$2.802 juta, atau mengalami kenaikan US$684,5 juta dibandingkan bulan Juni 2021.
Kondisi ini juga didukung kenaikan harga rata-rata CPO dari US$1.054 pada bulan Juni menjadi US$1.124/ton CIF Rotterdam pada bulan Juli 2021.
Kenaikan volume ekspor terbesar terjadi untuk negara tujuan Uni Eropa yang naik menjadi 509,7 ribu ton (+139,2 ribu ton), India menjadi 231,2 ribu ton (+122,5 ribu ton), Pakistan menjadi 277,2 ribu ton (+119,4 ribu ton), dan China menjadi 522,2 ribu ton (+104,1 ribu ton).
Konsumsi dalam negeri turun menjadi 1.444 ribu ton atau 13,1 persen lebih rendah dari bulan Juni. Penurunan terbesar konsumsi domestik tercatat untuk biodiesel yang menjadi 556 ribu ton (-121 ribu ton) dan untuk pangan menjadi 708 ribu ton (-95 ribu ton), sedangkan oleokimia hanya turun 2 ribu ton menjadi 180 ribu ton.
Secara YoY, konsumsi dalam negeri 2021 mengalami kenaikan sebesar 6,9 persen.
Produksi CPO bulan Juli mencapai 4.056 ribu ton, turun 426 ribu ton dari produksi bulan Juni yang disebabkan faktor musiman.
Produksi PKO bulan Juli juga turun menjadi 385 ribu ton dari 426 ribu ton pada bulan Juni. Meskipun demikian, tren produksi selama tahun 2021 diperkirakan naik dengan laju rata-rata 177 ribu ton per bulan.
Produksi CPO hingga bulan Juli ini lebih tinggi 4,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2020. Stok akhir bulan Juli naik 49 ribu ton menjadi sebesar 4.549 ribu ton.