POLITIKUS Partai Gerindra Arief Poyuono mengomentari pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang membandingkan kondisi utang Indonesia di era Presiden Joko Widodo saat ini dengan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Arief menyebutkan utang yang dilakukan pemerintah, baik di zaman Jokowi maupun SBY untuk kepentingan pembangunan.
“Sekali ya untuk Mas @AgusYudhoyono tdk Perlu membanding2kan utang diera @SBYudhoyono dgn@jokowi, sebab memang Utang dibutuhkan utk pembangunan & peningkatan kesejahteraan rakyat,” kata Arief dikutip Fajar.co.id di akun Twitternya, Senin (13/9/2021).
Anak buah Prabowo Subianto itu juga menampik jika utang yang dilakukan pemerintah saat ini habis dikorupsi.
Sebab kata dia, perilaku korup pejabat negara bukan hanya di zaman Jokowi. Tapi juga terjadi di era SBY.
Karena itu, dirinya menyebut baik SBY maupun Jokowi, sama-sama presiden yang mengutang ke luar negeri.
“Bukan di korupsi, era JKW&SBY juga dbanyak yg korupsi. JKW&SBY jg presiden tukang utang,” tegasnya.
Sebelumnya, AHY dalam sambutannya di acara Peringatan HUT ke-20 Partai Demokrat, Kamis (9/9/2021) menyoroti kondisi utang Indonesia saat ini yang sudah mencapai sekitar Rp6.500 triliun.
Menurut dia, angka itu sudah melampaui 40 persen rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
“Belum lagi kita berbicara utang negara yang sudah tembus di atas Rp6.500 T, artinya sudah melampaui 40 persen rasio utang pemerintah terhadap PDB,” kata AHY.
Sementara, kata dia, di era Presiden SBY, utang Indonesia dapat terjaga di angka 24 persen rasio utang terhadap PDB. Menurut dia, artinya itu sangat sehat bagi ekonomi yang sedang tumbuh seperti Indonesia.
Menurut AHY, selama 10 tahun sejak 2004 sampai 2014, SBY bersama pemerintahannya berhasil melunasi utang IMF dan menurunkan rasio utang luar negeri terhadap PDB secara signifikan.
“Kita tahu berapa rasio utang kita hari ini terhadap PDB. Kemudian ekonomi kita tumbuh tinggi dengan rata-rata sekitar 6 persen selama kurang lebih 10 tahun tadi,” pungkasnya.