DIREKTUR Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago menyebutkan bahwa pertemuan antara Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, dengan Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo bukanlah hal yang kebetulan.
“Sebab pertemuan politisi itu bukan alamiah, tapi didesain. Selalu dalam pertemuan aktor politik, bicara dapat apa, agenda dan kepentingan apa. Pembicaraan politisi tentu nggak jauh-jauh dari pemilu atau pilpres,” kata Pangi, Senin (27/9).
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bertemu dengan Ganjar Pranowo dalam acara haul Kiai Ageng Gribig di Jatinom, Klaten, Jumat (24/9/2021). Keduanya bertemu di Rumah Eyang Reksodiharjo, dalam area Makam Kiai Ageng Gribig. Tempat ini dikenal sebagai area sakral bagi warga setempat.
Kembali ke Pangi, mereka tentu tidak mengakui apa yang dibicarakan sebenarnya.
“Tapi di panggung belakang, itu bukan pertemuan biasa. Ada makna politik. Ada signal atau pengingat untuk politisi lain dan partai. Seolah-olah kalau tidak siap, maka Ganjar akan diambil Golkar,” ujarnya.
“Tetapi, pertemuan Ganjar dengan Airlangga ini apakah ada pengaturan dari aktor politik Golkar? Atau Ganjar yang atur, kita tidak tau,” tanyanya.
Namun, analisanya, jika inisiatif pertemuan dari Ganjar, tentu PDI Perjuangan sebagai partainya tidak nyaman dengan langkah ini.
“PDI Perjuangan merasa ini bentuk sinyal bahwa Ganjar sudah siap jika nanti tidak didukung PDI Perjuangan. Pilihan yang masuk akal, bisa saja Ganjar tinggalkan partainya,” jelasnya.
Namun apakah mungkin Ganjar meninggalkan Banteng? Dan bagaimana prediksi elektabilitas Ganjar jika diusung bukan dari PDI Perjuangan?
“Pemilih Ganjar dari akar rumput PDI Perjuangan. Agak sulit Ganjar dapat dukungan jika maju dari bendera lain,” ujarnya.
“Pertemuan ini jelas tercium ada desain Pilpres. Rangkaian pancang untuk desain peta politik ke depan. Semacam sinyal Golkar siap menampung dan menggandeng Ganjar berpasangan dengan Airlangga,” nilainya