HARGA minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) di pasar berjangka diramalkan dapat menembus level RM4.400 (Rp15 juta) hingga Februari 2022.
Tren produksi CPO di Malaysia dan peningkatan dana pungutan (DP) ekspor CPO Indonesia diduga menjadi faktor utama.
Seperti dilansir dari Bloomberg, harga CPO diperkirakan berada di kisaran RM4.000-RM4.400 per ton pada Oktober 2021-Februari 2022. Adapun, harga tersebut diproyeksikan baru berangsur melemah per Maret 2022.
“Harga rata-rata [CPO] di pasar berjangka sejauh ini ada di level RM3.980 berdasrkan data yang dikumpulkan Bloomberg,” seperti dikutip dari laman resminya, Senin (27/9/2021).
Peningkatan harga CPO dinilai dapat menahan permintaan India pada Oktober 2022. Pada saat yang sama, musim pertumbuhan permintaan CPO di Asia Tenggara akan segera berakhir pada bulan depan.
Hal tersebut akan membuat volume CPO di gudang Malaysia akan kembali tumbuh. Saat ini, volume CPO di pergudangan Neger Jiran telah tumbuh sebesar 25 persen secara bulanan.
Namun demikain, permintaan CPO ke Malaysia diproyeksikan tetap stabil. Pasalnya, DP Ekspor CPO Indonesia telah tumbuh 78,49 persen menjadi US$166 per ton perAgustus 2021.
Peningkatan kewajiban ekspor tersebut disebabkan oleh kebijakan pemerintah Indonesia dalam mendukung produksi biofuel nasional. Harga CPO pada kuartal III/2021 telah naik 23 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.
Adapun, harga CPO akan bergeser ke kisaran RM3.200-RM3.800 pada April-September 2022. Hal tersebut diduga disebabkan oleh perbaikan produksi akibat cuaca yang baik bagi CPO.
Selain itu, penurunan harga CPO pada medio 2022 juga mempertimbangkan tidak adanya ciaca buruk, tidak ada penambahan DP Ekspor CPO Indonesia, dan pengendalian Covid-19 yang baik.
Dengan demikian, produksi CPO di Malaysia akan membaik 5,49 persen atau tumbuh 1 juta ton tahun depan. Selain itu, produksi CPO di Indonesia diramalkan juga akan bertambah setidaknya 1 juta ton pada 2022. (Bisnis)