JAMBI – Ekonom Usman Ermulan menyampaikan ucapan selamat Syafaruddin yang terpilih sebagai Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Jambi.
Syafaruddin terpilih dalam Musyawarah Daerah (Musda) ISEI yang berlangsung di Universitas Jambi (Unja) Telanaipura, Kota Jambi, kemarin pagi, Jumat (8/10).
Ucapan selamat disampaikan Usman yang menghadiri langsung Musda tersebut. Selain itu, Usman juga menyampaikan apresiasi kepada Ketua sebelumnya, yaitu Syamsurijal Tan.
Usman berharap para ekonom dan akademisi yang tergabung di ISEI memberikan gagasan segar untuk mendorong pemulihan ekonomi Jambi akibat dampak pandemi Covid-19.
“Bagaimana terus mendorong sektor andalan Jambi untuk bisa berjalan. Kita mempunyai potensi besar mulai dari kelapa sawit, karet, dan tambang batu bara,” kata Usman, Sabtu (9/10/2021)
Mantan Anggota DPR RI komisi keuangan dan perbankan tiga periode ini berujar, pertanian dan sektor pertambangan tidak terlalu terdampak pandemi.
Sehingga di sektor tersebut dapat membantu pertumbuhan ekonomi yang melambat secara global.
Kepala daerah, lanjut Usman, diharapkan menghadirkan inovasi-inovasi dan kreasi dalam membuat terobosan kebijakan ekonomi di tengah situasi keterbatasan APBD.
Sektor pertambangan khususnya batu bara misalnya. Jambi akan merugi bila ini tidak dikelola dengan baik. Tingginya harga batu bara membuat ekspor Indonesia terdongkrak.
Pada Agustus 2021, nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 21,42 miliar. Ini adalah rekor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia merdeka.
Dijelaskan Mantan Bupati Tanjungjabung Barat dua periode ini, untuk meningkatkan produksi pertambangan bukan hanya menggunakan transportasi darat.
Menurut Usman, hukum ekonominya melalui transportasi Sungai Batanghari.
Dengan berseliwerannya kapal-kapal pengangkut batu bara sepanjang Sungai Batanghari, secara otomatis daerah semakin diuntungkan melalui Dana Bagi Hasil (DBH) sebesar 30 persen.
Keuntungan lainnya, lanjut Usman, menekan polemik yang terjadi di jalan raya dengan masyarakat.
“Kerusakan jalan bisa teratasi, beban belanja pemerintah jadi berkurang,” sebut Usman.
Melihat dari data dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada 1 Oktober 2021, nilai ekspor asal Provinsi Jambi pada bulan Agustus 2021 naik sebesar 13,62 persen dibandingkan bulan sebelumnya yaitu dari US$ 212,35 juta pada bulan Juli 2021 menjadi US$ 241,27 juta pada bulan Agustus 2021.
Nilai impor naik sebesar 30,31 persen dibanding bulan sebelumnya, yaitu dari US$ 2,43 juta pada bulan Juli 2021 menjadi US$ 3,16 juta pada bulan Agustus 2021.
Penyebab utama naiknya adalah ekspor pada komoditi pinang, komoditi kopi, teh, rempah-rempah, komoditi minyak nabati, komoditi pulp dan kertas, serta komoditi batu bara.
Nilai ekspor sampai bulan Agustus 2021 yaitu sebesar US$ 1.475,48 juta atau lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020, yaitu naik sebesar 28,96 persen.
Kontribusi terbesar terhadap total ekspor di Jambi adalah ekspor kelompok Pertambangan yaitu sebesar 53,21 persen, diikuti Kelompok Industri sebesar 38,03 persen, dan Kelompok Pertanian sebesar 8,76 persen.
Bila dirinci menurut komoditi, Kelompok Industri didominasi oleh karet dan olahannya yang memberikan kontribusi mencapai 22,50 persen.
Penyumbang kontribusi terbesar dari Kelompok Pertambangan yaitu minyak dan gas yang mencapai 50,20 persen. Sedangkan dari Kelompok Pertanian, komoditi pinang memiliki sumbangan 7,06 persen.
Sedangkan untuk Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi September 2021 sebesar 130,94 atau naik 2,60 persen dibandingkan NTP Agustus 2021, yaitu dari 127,63 menjadi 130,94.
Menurut BPS, kenaikan NTP disebabkan oleh kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih tinggi dibandingkan penurunan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun kenaikan biaya produksi dan penambahan barang modal.
“Kenaikan NTP September 2021 dipengaruhi oleh naiknya NTP di tiga subsektor pertanian, yaitu Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 3,18 persen, Subsektor Peternakan sebesar 0,16 persen, dan Subsektor Perikanan sebesar 0,58 persen. Sementara itu, NTP pada dua subsektor lainnya mengalami penurunan yaitu Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,03 persen dan Subsektor Tanaman Hortikultura sebesar 1,13 persen,” kata Kepala BPS Provinsi Jambi, Wahyudin.