JAMBI – Anggota DPR RI dapil Jambi, Saniatul Lativa mengajak masyarakat untuk memanfaatkan Program Bangga Kencana.
Hal tersebut diungkapkannya saat menghadiri sosialisasi yang digelar Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jambi, di Desa Lubuk Benteng, dan di Desa Kuamang, Kecamatan Koto VII, Kabupaten Tebo, Sabtu (16/10/2021).
Kata Saniatul, DPR sebagai wakil rakyat berkomitmen untuk meningkatkan pengetahuan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Ia juga menjelaskan tugas dan fungsi dari Komisi IX DPR RI adalah bermitra dengan beberapa pihak.
Dalam bermitra dengan BKKBN, Program Bangga Kencana harus dikenalkan kepada semua lapisan masyarakat terutama program hindari 4 T melahirkan (Terlalu Muda, Terlalu Tua, Terlalu dekat/rapat, Terlalu sering).
“Mudah-mudahan manfaat dari kegiatan ini ada ilmu yang bisa kita bawa pulang,” kata Saniatul kepada seluruh peserta yang hadir.
Kepala BKKBN Jambi Munawar Ibrahim, S.Kp, MPH melalui Koordinator Bidang Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga, Sri Banun Saragih memaparkan pentingnya kegiatan tersebut mengingat kegiatan peserta yang hadir adalah seluruh pihak terkait, termasuk perangkat kecamatan hingga desa, dan mitra kerja yang selama ini memiliki komitmen kuat mendukung program Bangga Kencana.
Ia menyebutkan, desa dan kecamatan adalah ujung tombak dalam menyukseskan program Bangga Kencana demi terwujudnya keluarga berkualitas.
Dijelaskannya, pendewasaan usia perkawinan sangat penting agar terhindar dari berbagai risiko atau dampak yang disebabkan oleh pernikahan terlalu dini.
Usia reproduksi yang harus dipersiapkan secara matang dan terencana dengan baik, agar terhindar dari dampak-dampak yang merugikan, seperti dampak psikologis, kondisi kesehatan, bayi yang tidak sehat, dan sebagainya.
Guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas, perlunya memberikan perhatian pada pasangan usia subur (PUS) bahkan perlu dimulai sejak sebelum konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) terjadi.
Pemberian perhatian tersebut, bagaimana melakukan pola asuh pada anak yang baik, memperhatikan kesehatan kehamilan pada ibu hingga mengedukasi pentingnya melahirkan di waktu yang tepat. Sehingga dapat mencegah terjadinya anak berisiko lahir stunting (kerdil)
“Sebagai calon orangtua dalam menghasilkan generasi/SDM yang berkualitas,” katanya.
Stunting menjadi ancaman dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia bangsa, karena dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Agar dapat menghindari hal tersebut, pihaknya telah memulai melakukan sejumlah upaya seperti mempersiapkan calon pasangan yang ingin menikah berada dalam kondisi yang sehat dan tidak kekurangan gizi, sejak tiga bulan sebelum pasangan itu melakukan pernikahan.
“Ini sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, serta produktivitas dan kreativitas anak,” jelasnya.
Upaya percepatan penurunan stunting perlu keterlibatan dalam berbagai semua pihak dengan mengedukasi kepada masyarakat melalui program yang dibuat BKKBN.
“Perempuan yang pada masa remaja tidak tercukupi kebutuhan gizinya, hamil lalu melahirkan di usia muda memiliki potensi melahirkan anak yang stunting,” katanya.
Program stunting memiliki target sasaran yang meliputi anak remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui dan anak berusia nol hingga sembilan bulan.
“Apabila semua pihak bekerja sama dalam mengatasi stunting, permasalahan gizi dan masalah kemanusiaan dapat teratasi,” katanya.
Pada kesempatan itu, Sri Banun Saragih juga menggalakkan penyuluhan program Keluarga Berencana (KB) pada masyarakat supaya dapat membangun sumber manusia dari hulu.