JAMBI – Harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) yang diduga menyerang 3 warga Kabupaten Merangin, Jambi, bernasib malang.
Setelah bertahan di tengah luka akibat jeratan dan badan yang kurus, kucing besar itu tidak terselamatkan.
Ketika ditemukan pada tanggal 16 Oktober lalu, satwa ini sudah mengalami malnutrisi, dan kaki kanan depan membengkak.
Tenaga kesehatan BKSDA Jambi langsung melakukan pemeriksaan lebih mendalam. Berbagai metode sudah diterapkan.
Harimau betina ini juga mengalami anemia, dan dehidrasi yang sangat berat. Kondisi matanya sangat cekung, dan organ lambung mengalami luka.
“Lambungnya mengalami luka, itu bisa disebabkan asupan nutrisi tidak tercukupi, sehingga produksi asam lambung meningkat,” kata Yuli Akmal, dokter hewan yang bertugas di BKSDA Jambi, Kamis (4/11).
Dapat disimpulkan sementara malnutrisi kronis menjadi penyebab kematian harimau tersebut. Untuk mengetahui secara pasti, sampelnya akan dibawa ke laboratorium PSSP.
Akmal menyampaikan luka dan patah tulang di kaki kanan depan pun membahayakan hewan tersebut.
Patah tulang ini diperkirakan sudah terjadi 2 bulan yang lalu. Karenanya, harimau kesulitan mendapatkan mangsa.
“Perkiraan sekitar 2 bulan sebelum kejadian itu sudah patah. Sehingga tidak bisa mencari makan, sampai kejadian konflik itu,” tuturnya.
Harimau ini sudah diberikan berbagai pakan berupa ayam, kelinci, hati sapi, dan sebagainya. Karena nafsu makan lemah, seringkali makanan itu tidak habis.
Vitamin, bioenergi pun diberikan. Sedangkan infus mulai dipasang pada tanggal 28 Oktober tahun 2021. Sayangnya satwa ini masih terlihat lemas, hingga mati.
Sebelumnya, telah terjadi konflik antara manusia dan harimau di Renah Pembarap, Kabupaten Merangin, Jambi, sejak tanggal 25 September tahun 2021. Akibatnya, 2 orang meninggal dunia, dan 1 orang mengalami luka serius.
BKSDA Jambi kemudian melakukan penangkapan harimau yang menerkam warga tadi. Sehingga didapatkan harimau dengan panjang 1,8 meter berusia 10 sampai 12 tahun. Harimau ini diduga telah menerkam 3 warga tersebut, karena badannya kurus sesuai dengan kesaksian para warga.
Kepala BKSDA Jambi, Rahmad Saleh menyampaikan konflik manusia dan harimau terjadi di sana, karena habitat satwa ini terganggu. Di sana ada aktivitas penambangan emas secara ilegal.
“Kalau di Desa Guguk, Merangin, ada aktivitas PETI,” ujarnya.
Harimau bisa masuk permukiman, kata Saleh, juga karena populasi mangsanya sedang menipis.
Ia pun mengatakan luka akibat jeratan yang dialami harimau tadi, sangat membahayakan. Harimau jadi mengalami kesulitan mendapatkan mangsa.
“Kalau boleh kami sampaikan, melihat rentetan itu diawali dari patah lengannya dan ada bekas jeratan. Aktivitas melakukan perburuan sulit dilakukannya. Terjadilah penurunan asupannya,” katanya.