JAKARTA – Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat, sepanjang tahun 2021, nilai ekspor sawit mencapai US$35 miliar atau sekitar Rp503,4 triliun (nilai kurs tengah BI Rp14.385).
Capaian nilai ekspor sawit periode 2021 ini tercatat 52 persen lebih tinggi dibandingkan periode 2020 yang sebesar US$22,9 miliar.
Kendati demikian, data BPS melaporkan nilai ekspor lemak dan minyak nabati Kode HS 15 mencapai US$32,8 miliar pada 2021.
Ekspor produk minyak sawit Indonesia 2021 yang mencakup CPO, olahan CPO, PKO, oleokimia (termasuk dengan kode HS 2905, 2915, 3401, dan 3823) dan biodiesel (kode HS 3826) mencapai 34,2 juta ton atau naik hanya 0,6 persen dari pencapaian ekspor 2020 yang sebesar 34 juta ton.
“Rendahnya kenaikan ekspor disebabkan keterbatasan pasokan, harga yang tinggi dan makin kecilnya perbedaan harga minyak sawit dengan minyak nabati lainnya terutama minyak kedelai. Secara bulanan, ekspor Indonesia di tahun 2021 sangat berfluktuasi,” ungkap Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono, Selasa (1/2).
Dijelaskan Mukti, kenaikan nilai ekspor yang tinggi didukung oleh harga CPO rata-rata pada 2021 yang mencapai US$1.194 per ton atau 67 persen lebih tinggi dibandingkan harga rata-rata 2020 yang sebesar US$715 per ton.
“Tahun 2021 merupakan tahun pemulihan dari Covid-19 sehingga permintaan impor minyak nabati cenderung naik. Namun demikian, produksi relatif stagnan karena berbagai faktor seperti cuaca, keterbatasan pupuk, dan kelangkaan tenaga kerja,” ujar Mukti.