JAKARTA – Hubungan Ketua DPR, Puan Maharani; dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, makin sulit dicairkan alias makin beku.
Selain masih renggang karena urusan pilpres, Ganjar diduga kuat bikin kecewa Puan karena tidak nyambut Puan saat kunker ke Jawa Tengah.
Seperti diketahui, saat berkunjung ke Manado, Sulawesi Utara, Kamis (10/02), di hadapan para kader PDIP, Puan mengaku kesal ada gubernur yang berasal dari PDIP, tidak menyambutnya saat kunjungan ke daerah.
Meskipun Puan tidak menyebut nama, spekulasi bermunculan kalau sindiran Puan itu ditujukan kepada Ganjar.
Spekulasi itu dipicu karena selama ini, hubungan Puan dan Ganjar memang dikabarkan kurang harmonis. Sejak tahun lalu, Ganjar dan Puan nyaris tidak pernah berada dalam 1 panggung.
Diawali saat Puan menggelar acara konsolidasi kader PDIP di Jateng Mei tahun lalu, Ganjar tidak hadir. Meskipun berstatus sebagai tuan rumah, ternyata Ganjar memang tidak diundang di acara tersebut.
Kejadian terulang saat Puan melakukan kunjungan kerja ke Solo, Jawa Tengah, bulan lalu. Kedatangan Puan untuk meresmikan Pasar Legi Solo, juga tidak dihadiri Ganjar.
Padahal, di acara itu, hadir Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming dan Wakilnya Teguh Prakosa, mantan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo dan Achmad Purnomo.
Absennya Ganjar selama blusukan Puan di Solo itu, yang dijadikan dasar kuat Ganjar lah yang bikin kesal Puan. Benarkah? Politisi PDIP, Junimart Girsang tak menyalahkan banyak pihak yang menafsirkan sindiran Puan diarahkan pada Ganjar.
“Silakan disimpulkan saja sendiri. Yang pasti, beliau mengingatkan kepada yang terhormat kepala daerah,” kata Junimart, Minggu (13/2).
Apalagi belum lama ini, Junimart juga ikutan menyerang Ganjar terkait konflik yang terjadi di Wadas.
Tanpa sungkan-sungkan, anggota Komisi III DPR itu, menyebut masalah Wadas adalah tanggung jawab Ganjar, bukan pemerintah pusat.
Politikus senior PDIP, Hendrawan Supratikno menyampaikan hal serupa. Kata dia, pernyataan Puan itu dalam konteks mengingatkan sinergi dan koordinasi antara lembaga eksekutif dan legislatif. Tujuannya, agar terbangun sinergi dalam pelaksanaan program-program untuk menyejahterakan rakyat.
Hendrawan menyampaikan, pernyataan Puan dimaksudkan untuk kepentingan internal. “Jadi, penafsiran terhadap pernyataan tersebut tak terlepas dari posisi Bu Puan, selain sebagai Ketua DPR, juga Ketua DPP Bidang Politik dan Hubungan Antarlembaga,” kata Hendrawan.
Jadi, kata dia, apa yang disampaikan Puan itu bersifat umum, untuk kepentingan partai yang lebih besar.
“Bila disebut ada gubernur yang disebut demikian, pasti ada gabungan referensi empiris dan nada canda di dalamnya,” ungkapnya.
Namun, sejumlah analis politik sangat yakin, sindiran Puan itu memang ditujukan kepada Ganjar. Direktur Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno berpendapat, dugaan itu tak lepas dari kunjungan Puan baru-baru ini di Solo, Jawa Tengah, Januari lalu.
“Karena, saat peresmian pasar di Solo, Ganjar ke Jakarta bertemu Presiden rapat tentang Covid-19. Karena belum ada kejadian di tempat lain di mana Puan datang kepala daerahnya tak nyambut kecuali di Jateng,” ujar Adi.
Dia berkeyakinan, tidak mungkin Puan menyindir gubernur lain selain Ganjar. Terlebih, menurutnya, Ganjar dan Puan sempat terlibat sejumlah polemik beberapa kali.
“Gubernur atau wakil gubernur lain dari PDIP tak pernah terekspos ke publik. Beda cerita dengan Ganjar, polemik internalnya berulang kali.
Serba salah jadi Ganjar. Dulu rapat konsolidasi di Jateng nggak diundang. Peresmian pasar di Solo diundang mendadak dan bentrok dengan jadwal ketemu Presiden,” jelasnya.
Hal senada disampaikan pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin.
Menurutnya, sindiran Puan itu makin memperlihatkan hubungan Puan dengan Ganjar memang sudah tidak baik. Sebab, kali ini serangan bukan lagi disampaikan kader PDIP yang lain, tapi langsung Puan sendiri.
“Kalau sudah begini, hubungan Puan-Ganjar sulit untuk diperbaiki. Hubungan Puan dan Ganjar akan semakin membeku,” kaya Ujang, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.
Dia bilang, hubungan Ganjar-Puan sulit mencair karena keduanya saling gas untuk jadi capres PDIP. Ganjar yang elektabilitasnya tinggi berharap mendapat dukungan dari PDIP. Namun, PDIP punya putri mahkota yaitu, Puan.
Apakah hubungan Ganjar-Puan bisa dicairkan? “Bisa, jika Ganjar tak ngotot jadi capres. Selama Ganjar punya keinginan jadi capres, selama itu pula hubungan keduanya akan beku,” tuntasnya.
Hingga kemarin, Ganjar belum memberikan komentar soal sindiran yang disampaikan Puan. Namun, Ketua DPC PDIP Solo, FX Hady Rudyatmo malah menjawabnya dengan replika patung Banteng Celeng.
Patung itu terpampang di taman dekat rumah Rudy, tepatnya di Pucang Sawit Jebres, Solo. Selama ini, Rudy yang juga Ketua DPC PDIP Solo merupakan kader Banteng pendukung Ganjar.
Replika banteng celeng ini unik. Badan dan kepalanya mirip banteng. Tubuhnya hitam dengan mata merah menyala dengan sepasang tanduk khas banteng.
Namun, patung itu juga memiliki dua siung atau taring panjang seperti yang dimiliki celeng alias babi hutan.
Rudy mengatakan, replika banteng celeng itu tak ada kaitannya dengan pilpres. Karena keputusan urusan pilpres ada di tangan Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri.
Menurut dia, replika itu hanya hasil kreativitas kader. “Saya apresiasi karena bisa buat karya seperti iti. Ya sudah biarkan saja,” ujarnya.
Apa arti dari banteng celeng itu? Apakah terkait perseteruan Puan-Ganjar? Ditanya begitu, Rudy menggeleng, seraya tersenyum. “Ini tidak ada makna khusus apa-apa,” ungkapnya.
Untuk diketahui, istilah Banteng vs Celeng dilontarkan pertama kali oleh Ketua Bappilu PDIP, Bambang ‘Pacul’ Wuryanto. Istilah celeng dipakai Pacul untuk menyebut kepada kader PDIP yang terang-terangan mendukung Ganjar.