JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 930 juta dolar AS pada Januari 2022 dengan nilai ekspor 19,16 miliar dolar AS dan impor 18,23 miliar dolar AS.
“Neraca perdagangan kita ini telah membukukan surplus 21 bulan beruntun,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto, Rabu (16/2).
Setianto memaparkan, komoditas nonmigas penyumbang surplus terbesar adalah lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, serta besi dan baja.
Tiga negara penyumbang surplus terbesar adalah Amerika Serikat, Filipina, dan India.
Menurut Setianto, surplus ke Amerika Serikat mencapai 1,96 miliar dolar AS dengan komoditas utama penyumbang surplus yaitu pakaian dan aksesorisnya rajutan, serta pakaian dan aksesorinya bukan rajutan.
Kemudian, surplus perdagangan RI dengan Filipina mencapai 537,8 juta dolar AS, dengan komoditas penyumbang surplus terbesar adalah kendaraan dan bagiannya, serta bahan bakar mineral.
Surplus perdagangan dengan India senilai 428,8 juta dolar AS dengan komoditas penyumbang surplus utama adalah lemak dan minyak hewan nabati, serta bijih logam perak dan abu.
Sementara itu, perdagangan RI juga mengalami defisit neraca perdagangan, di mana defisit terbesar terjadi dengan Tiongkok, Thailand, dan Australia.
“Tiongkok defisitnya mencapai 2,2 miliar dolar AS. Komoditas utama penyumbang defisit yaitu mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya. Dan mesin dan perlengkapan elektrik atau bagiannya,” ujar Setianto.
Kemudian, perdagangan dengan Thailand mengalami defisit senilai 430,2 juta dolar AS dengan komoditas terbesar defisit dengan Thailand yakni plastik dan barang dari plastik, serta gula dan kembang gula.
Selain itu, perdagangan RI dengan negeri kanguru Australia juga terjadi defisit sebesar 233,6 juta dolar AS dengan komoditas terbesar defisit tersebut yaitu serealia dan bahan bakar mineral.