JAKARTA – Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengkritik ibu-ibu yang mengantre membeli minyak goreng di tengah kelangkaan.
Ia mempertanyakan apakah ibu-ibu di Indonesia hanya mengetahui cara memasak dengan menggoreng.
“Saya tuh sampai ngelus dada, bukan urusan masalah enggak ada atau mahalnya minyak goreng. Saya itu sampai mikir, jadi tiap hari ibu-ibu itu apakah hanya menggoreng? Sampai begitu rebutannya?” kata Megawati dikutip pada Sabtu (19/3).
Ha tersebut dikatakannya dalam webinar ‘Mencegah Stunting untuk Generasi Emas’ yang digelar Tribunnews, Kamis (17/3).
Menurutnya, situasi antrean hingga rebutan untuk mendapatkan minyak goreng itu memperlihatkan seolah tidak ada cara masak lain dalam mengelola bahan makanan, seperti merebus hingga mengukus.
“Apa tidak ada cara untuk merebus, lalu mengukus atau seperti rujak?” lanjutnya.
Selain itu, Megawati juga menyoroti pentingnya pemberian gizi terhadap anak-anak Indonesia.
Dia mengingatkan bahwa makanan yang baik itu bukan hanya makanan yang dapat mengenyangkan, namun makanan yang mengandung gizi terutama bagi perkembangan anak.
“Makanan itu bukan hanya asupan yang masuk, kan harus tahu apa yang dimakan untuk membuat keluarga sejahtera dan keluarga yang happy, anak-anaknya sehat, berlari-lari, sehat dan lain-lain,” kata Megawati.
Sebagai informasi, minyak goreng telah kembali langka dan mendadak mahal. Sebab, Mendag Muhammad Lutfi telah mencabut harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng yang tercantum dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2022 tentang HET Minyak Goreng Sawit.
Sebelumnya, HET minyak goreng curah Rp11.500 per liter, kemasan sederhana Rp13.500 per liter, dan kemasan premium Rp14 ribu per liter.
Namun dengan pencabutan aturan itu, HET minyak goreng curah kini menjadi Rp14 ribu per liter sedangkan harga kemasan premium diserahkan kepada mekanisme pasar.
Lutfi pun memohon maaf karena belum mampu menangani permasalahan minyak goreng yang langka dan harga melambung tinggi.
“Dengan permohonan maaf Kementerian Perdagangan tidak dapat mengontrol karena ini sifat manusia yang rakus dan jahat,” kata Lutfi dalam rapat bersama Komisi VI DPR.