JAKARTA – Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa mengakui ada kebohongan dalam kasus kematian 3 orang prajurit TNI di Papua, Kamis (27/1).
Kasus tersebut bermula dari pengerahan pasukan di Distrik Gome, Kabupaten Puncak.
Saat itu, TNI terlibat kontak tembak dengan Tentara Pembebasan Nasioal Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) pada dini hari.
TPNPB-OPM kelompok Lekagak Telenggen disebut melakukan serangan ke pos militer sekitar 05.00 WIT.
Kontak senjata berlangsung hingga siang hari. Tiga prajurit TNI dikabarkan tewas dalam kejadian itu. Mereka adalah Serda Rizal, Pratu Baraza, dan Pratu Rahman.
Setelah 1,5 bulan dari kejadian itu, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa mencium sejumlah kejanggalan. Dia menemukan kelalaian komandan kompi (Danki) yang berujung kematian tiga orang prajurit.
Andika berkata danki tersebut menggelar pasukan demi pencairan uang. Dia menutupi alasan itu dari komandan batalyon.
“Ternyata hasilnya berbohong. Yang terjadi bukan yang dilaporkan dan yang terjadi ini disembunyikan oleh si Danki dari komandan batalyon,” kata Andika melalui akun YouTube Jenderal TNI Andika Perkasa, Sabtu (19/3).
Andika berkata tiga anggota TNI memang ditembak oleh TPNPB-OPM. Namun, danki turut andil dalam kematian para prajurit karena tidak memperhitungkan lokasi gelar pasukan.
Dia menyebut danki memilih lokasi gelar pasukan hanya untuk mendapatkan tambahan uang. Ia tak memikirkan keselamatan para prajurit.
“Pertimbangan pendek sekali, hanya soal, ‘O, kita dapat uang tambahan untuk pengamanan di situ,’ dikorbankan semua,” ujar Andika.
Andika memerintahkan Pusat Polisi Militer (POM) TNI untuk memproses hukum kejadian itu. Ia ingin danki mendapat sanksi dari kebohongan tersebut. (CNN)