PEMERINTAH Palestina menginginkan kebebasan warganya beribadah di kawasan Al Quds secara utuh, tidak hanya untuk Muslim, tetapi juga untuk seluruh umat manusia.
“Kami ingin Al Quds terbuka untuk seluruh umat manusia, untuk datang dan berziarah. Untuk Muslim dapat melaksanakan ibadah salat di Masjidil Aqsa, untuk agama Kristen dapat beribadah di gereja-gereja yang ada di sana dan bahkan untuk Yahudi saat melaksanakan ibadah d tempat masing-masing di Palestina,” kata Penasihat Presiden Palestina untuk masalah agama dan Hakim Agung Palestina, Mahmoud Al-Habbash, Senin (28/3).
Dia menambahkan terutama saat ini menjelang bulan suci Ramadan saat umat Muslim memperbanyak ibadah dan ziarah di tempat-tempat suci, salah satunya di Al Quds.
“Kami melalui PBNU mengharapkan untuk menyebarkan risalah kepada umat Islam secara keseluruhan untuk dapat mengunjungi Al Quds secara khusus, untuk dapat memperkuat warga Palestina yang ada di sana karena merupakan hak kami beribadah secara bebas. Hak seluruh umat Islam secara bebas,” katanya.
Mahmoud menegaskan pihaknya tidak ingin menghapus kebebasan beribadah bagi siapa pun, tetapi menginginkan kedaulatan bagi negeri Palestina dan menjamin beribadah untuk seluruh umat beragama di Palestina.
“Kami ingin Al Quds dapat menjadi bagian negara Palestina,” katanya.
Ia menjelaskan saat ini Al Quds mendapatkan penyerangan secara terus-menerus oleh Israel yang berupaya mengeluarkan warga Palestina di Jerusalem.
Sebagaimana yang terjadi di kawasan permukiman Syeikh Jarrah, lanjut dia, tentara Israel mengusir warga Palestina yang ada di sana. Dan, sambungnya, di waktu yang sama mengizinkan warga Israel masuk ke Al Quds.
Sebagai informasi, Israel memberlakukan pembagian waktu yakni dari pukul 07.00 hingga jelang zuhur (sekitar pukul 12.00) waktu setempat, warga Israel diizinkan masuk ke Masjidil Aqsa dan melarang warga Palestina untuk masuk masjid yang pernah menjadi kiblat muslim dunia itu.
“Kami sampaikan terjadinya penyebaran kebencian baik itu di antara warga Palestina maupun warga Israel. Kami inginkan kebebasan Al Quds secara utuh,” kata Mahmoud.
Dia mengatakan bahkan sejak lebih dari 50 tahun yang lalu, Israel telah menduduki Palestina dan menghalangi warganya serta umat Muslim secara keseluruhan untuk beribadah secara bebas di Masjidil Aqsa.
Untuk itu, Mahmoud menekankan persoalan yang ada di Palestina adalah permasalahan seluruh umat Islam di dunia.
Merespons Mahmoud, Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf memastikan organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia itu selalu berada di pihak rakyat Palestina terkait konflik negara tersebut dengan Israel.
Mantan juru bicara kepresidenan era Abdurrahman Wahid alias Gusdur itu mengaku memahami konflik di Palestina merupakan masalah yang kompleks. Masalah antar dua negara, kata dia, merupakan tumpang tindih antara berbagai masalah lain seperti agama maupun politik. Oleh karena itu, kata Gus Yahya, pihaknya harus memilih dimensi yang tepat untuk membantu rakyat Palestina. Dia pun menyampaikan bahwa NU memilih dimensi agama.
Sementara, terkait dimensi politik Gus Yahya menyampaikan, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah Indonesia.
“Maka kami memilih dimensi keagamaan dan menyerahkan upaya-upaya pada dimensi politik kepada pemerintah, negara, supaya kami tidak melanggar batas-batas wewenang kami terkait pemerintah Indonesia,” ujar Gus Yahya.