Jabar – Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy H. Bambang Hidayah mengatakan, jangan wariskan sungai sebagai air mata anak cucu. Namun, wariskan sungai sumber air bagi kehidupan.
Hal itu disampaikan Bambang Hidayah menghadiri wisuda lulusan pertama sekolah sungai yang digagas Komunitas Peduli Alam dan Lingkungan Galuh Asri (Pedal Gas) bersama Universitas Galuh Ciamis di Saung Bubulak Bojonghuni, Desa Maleber, Kabupaten Ciamis.
Dilansir dari iNews, Kamis (22/9), Ia berharap Pedal Gas melahirkan kader-kader bertanggung jawab, mampu menjadi corong terkait berkegiatan di sungai yang safety (aman) dan sesuai standard operasional prosedur (SOP).
Bambang Hidayah sangat mendukung kegiatan komunitas Pedal Gas sebagai sekolah sungai pertama di wilayah Sungai Citanduy dan menjadi kebanggaan bagi BBWS Citanduy.
“Para kader lulusan pertama sekolah sungai Pedal Gas ini semoga menjadi pelopor dan inspirator bagi komunitas lain dan akan bermunculan sekolah sungai lainnya, dari Tasikmalaya, Ciamis, Banjar hingga Cilacap,” katanya.
Bambang Hidayah menyatakan sekolah sungai sangat membantu BBWS Citanduy dalam pengelolaan dan menyosialisakan peraturan-peraturan terkait sungai kepada masyarakat. Ini sesuai misi BBWS Citanduy Dirjen Sumberdaya Air Kementerian PUPR dalam meningkatkan dan memberdayakan peran masyarakat.
“Dalam pengelolaan sumber daya air, kami tidak bisa sendirian. Namun harus kolaborasi dengan kementerian lain, perguruan tinggi dan masyarakat. Jangan wariskan sungai sebagai air mata anak cucu. Namun (wariskan) sungai sumber air bagi kehidupan,” ujar Bambang Hidayah.
Sementara itu, Ketua Pedal Gas Nurjaman mengatakan keberadaan sekolah sungai ini berawal dari kepedulian komunitas terhadap alam, terutama sumber daya air. Selain itu, juga keprihatinan saat ini banyak terjadi kecelakaan dalam kegiatan di sungai.
Kader-kader atau relawan yang mengikuti sekolah sungai ini, kata Nurjaman, berasal dari berbagai kalangan. Awalnya 39 orang, terdiri atas kader laki-laki dan perempuan. Namun setelah dilakukan monitoring dan evaluasi menjadi 12 lulusan.
Mereka diberikan materi tentang pengelolaan sumber daya air, konseevasi sumber daya alam, dan lokus kebencanaan.
“Lulusan sekolah sungai ini diharapkan mampu mengedukasi masyarakat soal menggali potensi sungai, mitigasi bencana dan membangun kesadaran pengelolaan sungai berbasis masyarakat,” kata Nurjaman.