Oleh : Dr. Noviardi Ferzi
SOAL Angkutan Batubara di Jambi tak ada solusi lain, hentikan pengiriman Batubara dari mulut tambang ke Pelabuhan, Segera ! Siapa yang bisa menghentikan ini ? Tentu saja Forkompimda khususnya Gubernur Jambi.
Kenapa harus berhenti ? Jawabnya, karena angkutan Batubara sudah tergolong situasi gawat darurat, kemacetan, kecelakaan, bahkan korban sudah lama berjatuhan.
Secara ekonomi angkutan batubara telah menimbulkan inefisiensi ekonomi. Bahkan inflasi harga pangan yang gila – gilaan Juli 2022 lalu, salah satu penyebabnya angkutan batubara.
Jika tidak berhenti sekarang, soal angkutan batubara akan membuat Jambi kehilangan daya saing secara sosial ekonomi, keamanan dan politik.
Masalah batubara pemerintah seolah sudah kehilangan fungsi untuk mengatur. Semua perangkat lumpuh, semua instrumen tak berjalan. Menyelesaikan masalah angkutan Batubara butuh kepemimpinan yang berani. Berani untuk berpihak pada kepentingan mayoritas masyarakat.
Terdapat kepentingan 1, 2 juta masyarakat Jambi yang berinteraksi langsung karena tinggal maupun menggunakan jalan di sepanjang jalur yang dilalalui angkutan Batubara.
Juga ada 6 juta pengguna jalan diluar masyarakat yang 1,2 juta tadi setiap tahunnya, yang terganggu karena angkutan batubara. Kepentingan mayoritas ini yang harus dilindungi oleh Gubernur Jambi.
Menghentikan Angkutan Batubara bukanlah suatu soal, menjelang selesainya pembangunan jalan khusus truk angkutan batu bara di Jambi dimulai hari ini, Kamis (1/9). Jalur yang dibangun ini memiliki panjang 140 kilometer yang berada di Kabupaten Sarolangun – Batanghari.
Salah satu masalah batubara ini, karena kuota BB Jambi yang ditambah Kementerian ESDMN. Saat ini kuota Jambi 39 juta ton pertahun. Perhitungan kasarnya, dengan kuota sebanyak itu, tiap harinya 3,3 juta ton perbulan harus diangkut dari tambang ke pelabuhan.
Melihat data ini saja, tanpa didukung jalan khusus, kita tahu angkutan Batubara harus dihentikan.