Oleh: Dr. Noviardi Ferzi
NILAI Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi pada Oktober 2022 mengalami kenaikan sebesar 136,29. Angka ini naik tipis sekitar 2,30 persen jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, NTP hingga kuartal III ini mengalami kenaikan 7,49 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021.
Lalu, seorang teman bertanya artinya apa bagi petani? Menjawab pertanyaan ini saya jelaskan bahwa kegunaan NTP untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani. Semakin besar surplusnya maka kesejahteraan petani juga meningkat.
Sebagai informasi, NTP adalah angka perbandingan antar Indeks Harga yang Diterima Petani (IT), dengan Indeks Harga yang Dibayar Petani (IB) dan dinyatakan dalam persentase. Bila angka NTP lebih besar dari 100, maka kondisi petani sedang mengalami surplus. Sedangkan bila kurang dari 100 artinya petani mengalami defisit.
Asumsinya semakin tinggi NTP, semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Namun jangan salah, NTP bukan faktor tunggal, ada faktor yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat khususnya petani itu sendiri adalah faktor inflasi. Dalam situasi tertentu NTP bisa ditelan Inflasi.
Buktinya, di sisi yang lain BPS juga mencatat, di Agustus 2022 kemarin, Provinsi Jambi mengalami inflasi bulanan sebesar 8.55 (mtm). Dengan angka tersebut, dampaknya dahsyat kenaikan harga barang merusak daya beli dan daya tahan ekonomi masyarakat.
Inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga umum yang berlangsung secara terus menerus. Inflasi dapat memperburuk distribusi pendapatan. Peningkatan harga sering mendahului kenaikan pendapatan sehingga inflasi cenderung menimbulkan kemerosotan pendapatan riil, dengan demikian menurunkan taraf kesejahteraan masyarakat.
Sehingga saya berani katakan terlalu prematur, jika data NTP yang meningkat bisa diartikan kemiskinan pedesaan akan lebih menjadi rendah atau turun. Buktinya daerah-daerah dengan NTP lebih tinggi, kemiskinan pedesaan juga lebih tinggi dan daerah daerah dengan nilai NTP lebih rendah, maka kemiskinan juga rendah. Trend ini juga terjadi di provinsi Jambi, masih terjadi anomali antara NTP dan kesejahteran petani.
Dalam catatan penulis NTP Provinsi Jambi sebenarnya secara umum masih rendah, perubahahan NTP tidak membuat perubahan yang berarti, apalagi NTP di Provinsi Jambi tergolong berfluktuasi.
Kondisi ini menggambarkan bahwa rata-rata petani di Jambi belum sejahtera, meski mengalami kenaikkan NTP tidak menaikkan tingkat kesejateraan, karena NTP yang tergolong rendah, walaupun mengalami peningkatan nilainya masih rendah.
Buktinya lainnya, kenaikan NTP pada Januari 2022 Provinsi Jambi disebabkan oleh kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun kenaikan biaya produksi dan penambahan barang modal, pertanyaanya, bagaimana mau meningkatkan konsumsi jika harga barang juga naik, artinya NTP naik, Inflasi juga meningkat.
Hasil ini Nurjihadi & Dharmawan, (2016), peningkatan NTP di ikuti sisi penawaran yang rendah yang menyebabkan pendapatan rendah, penumpukan hutang petani dan kemampuan akumulasi modal yang sangat terbatas yang dipunyai oleh para petani.
Selanjutnya, saya ingin meluruskan fakta dan pemahaman bahwa NTP hanya salah satu indikator kesejahteraan petani yang mempunyai banyak kelemahan, fakta ini kurang dipahami dengan baik oleh para pengkaji, peneliti dan pengamat.
Pasalnya, NTP yang dihitung dari rasio indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayarkan petani, mencakup seluruh pengeluaran rumah tangga petani termasuk biaya produksi, sekolah, berobat, membeli sandang, papan dan lainnya sehingga tidak mencerminkan pengeluaran riil dari usahanya.
Sebagai respon atas kelemahan NTP, maka digunakan juga indikator Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) yaitu rasio indeks harga yang diterima petani dari usaha pertanian dengan indeks harga yang dibayarkan petani untuk pengeluaran usaha pertanian. NTP dan NTUP di atas 100 menunjukkan petani surplus, sama dengan 100 berarti impas dan di bawah 100 berarti petani rugi atau defisit.
Mengingat indeks harga berfluktuasi secara harian dan bulanan, maka untuk melihat kemampuan daya beli petani atau tingkat kesejahteraan semestinya tidak hanya membandingkan nilai NTP dan NTUP dalam kurun waktu sesaat saja (bulanan), melainkan dihitung rerata dalam waktu lebih panjang (tahunan).
Menganalisis kesejahteraan petani dalam kurun waktu pendek akan menyesatkan karena bisa terjadi bulan ini petani dianggap tidak sejahtera karena NTP dan NTUP turun dan bulan depan berubah drastis menjadi sejahtera karena NTP dan NTUP naik.
Oleh karena itu, analisis NTP dan NTUP sebaiknya minimal satu musim tanam untuk petani tanaman semusim dan dan tahunan untuk petani tanaman tahunan. Kesimpulan, meski bukan satu – satunya indikator kesejahteraan yang relevan, NTP tetap sangat perlu ditingkatkan, karena ini salah satu pondasi ukuran kesejahteraan yang standar dan berlaku umum.
Tantangannya adalah bagaimana membangun pemerataan produksi komoditas pangan di daerah. Ini bukan hanya di sektor makro kebijkan, tapi besar juga sektor mikro di kalangan petani, kesungguhan dan motivasi kerja keras petani untuk membantu memajukan sektor pertanian sehingga terjadi hubungan timbal balik.
Termasuk membenahi aspek hulu dan on farm, melakukan akselerasi peningkatan produksi dan kualitas produk. Selanjutnya, di aspek hilir. Pemerintah melakukan perbaikan pengolahan hasil pertanian, pengaturan tata niaga dan pengendalian impor serta mendorong ekspor pertanian produk pertanian Jambi.
Penulis merupakan Pengamat Ekonomi