Oleh : DWISARI DILLASAMOLA
Dosen Fakultas Farmasi Universitas Andalas
Pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu dari Tri Dharma Perguruan Tinggi bagi dosen. Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah tiga kewajiban yang terdapat di perguruan tinggi yaitu pendidikan dan Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian kepada masyarakat. Sebagai seorang dosen kita diwajibkan untuk turun ke lapangan membantu masyarakat dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai bidangnya.
Kegiatan pengabdian di nagari Padang Laweh, Sungai Pua, Kabupaten Agam.
Dwisari Dillasamola selaku dosen Farmasi Universitas Andalas dan Ketua pengabdian masyarakat mengatakan dengan hal itu Tim Dosen Farmasi Universitas Andalas yang beranggotakan Hansen Nasif, Yohannes Alen pada tanggal 25 Agustus 2022, melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat di Nagari Padang Laweh, Sungai Pua, Kabupaten Agam. Kegiatan itu merupakan salah satu bentuk penerapan dari tumbuhan fenomena yaitu daun sungkai.
Masyarakat setempat menunjukkan antusiasnya terhadap kegiatan yang dilaksanakan.
Kegiatan ini mengangkat tema “Penyuluhan dan Pelatihan Penggunaan Obat Tradisional serta penerapan Hasil Penelitian Tumbuhan Sungkai Kepada Masyarakat”.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh beberapa perangkat daerah yaitu Ridwan selaku camat Kecamatan Sungai Pua,Yusniarti selaku sekretaris camat Kecamatan Sungai Pua, dan Henry selaku wali Nagari Padang Laweh.
Perangkat nagari di Nagari Padang Laweh ikut serta dalam proses persiapan acara penyuluhan ini mulai dari tempat sampai mengkoordinir peserta penyuluhan. Peserta penyuluhan merupakan masyarakat yang bertempat tinggal di Kenagarian Padang Laweh. Tempat yang dipakai dalam kegiatan penyuluhan ini adalah sarana pendidikan yaitu TK di Kenagarian Padang Laweh.
Dwisari dillasamola mengatakan Penyuluhan dilakukan dengan metoda ceramah mengenai pengenalan tumbuhan sungkai, habitat, manfaat daun sungkai, serta cara penyajian daun sungkai hingga akhirnya dapat dikonsumsi.
Kegiatan Penyuluhan ini dimulai pada jam 10.00 WIB. Materi yang disampaikan tentang daun sungkai mulai dari bentuk daun sungkai, habitat, manfaat, dan penggunaan daun sungkai sebagai obat tradisional. Selama kegiatan penyuluhan berlangsung, peserta penyuluhan tampak memperhatikan materi yang disampaikan oleh pemateri.
Masyarakat didaerah pedesaan telah lama memanfaatkan tumbuhan sebagai obat tradisional dikarenakan mudah didapat dan murah. Obat tradisional yang berasal dari tumbuhan memiliki efek samping yang jauh lebih rendah dari obat-obatan kimia.
Tumbuhan sungkai dapat tumbuh baik pada hutan-hutan sekunder yang terbuka, di tepi sungai yang lembab tapi tidak tergenang air dan di tepi jalan yang terbuka. Sungkai dapat tumbuh baik pada ketinggian 0 – 600 meter dari atas permukaan laut. Tinggi pohon sungkai berkisar antara 20–30 m dan panjang batang bebas cabang mencapai 15 m, dengan diameter 60 cm atau lebih, batang lurus dan sedikit berlekuk dangkal, tidak berbanir, dan ranting penuh bulu halus. Permukaan daun berbulu halus, berwarna abu-abu kotor atau abu-abu terang. Dalam satu cabang terdapat lebih dari empat helai daun.
Tumbuhan sungkai (Peronema canescens) sering disebut sebagai jati sabrang, ki sabrang, kurus sungkai, atau sekai, termasuk kedalam famili Verbenaceae.
Tumbuhan sungkai ini dapat dijumpai di hutan, kebun, maupun halaman, biasanya ditanam sebagai pembatas rumah atau berfungsi sebagai pagar hidup pada bagian belakang rumah. Pada suku Dayak di Kalimantan Timur sampai saat ini masih tetap mempertahankan tradisi dengan memanfaatkan tumbuhan di sekitarnya untuk pengobatan ataupun perawatan kesehatan misalnya tanaman sungkai pada bagian daun muda digunakan sebagai obat pilek, demam, obat cacingan (ringworms), dijadikan mandian bagi wanita selepas bersalin dan sebagai obat kumur pencegah sakit gigi. Sebagian masyarakat di Sumatera Selatan dan Lampung menggunakan daun sungkai sebagai antiplasmodium dan obat demam. Suku Serawai memanfaatkan daun sungkai dengan cara ditumbuk dan ditampal untuk sakit memar. Suku Lembak, memanfaatkan seduhan daun sungkai untuk penurun panas, malaria dan menjaga kesehatan.
Selanjutnya Fatma Sri Wahyuni selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Andalas mengatakan Pemanfaatan tumbuhan sebagai ramuan tradisional dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan sistem imun tubuh kita, apalagi saat ini kita lagi dilanda Covid-19.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa daun sungkai dapat meningkatkan sistem imun tubuh. Peningkatan sistem imun tubuh sangat diperlukan apalagi saat pandemi Covid-19. Untuk itu perlu diketahui cara mengkomsumsi daun sungkai dengan benar.
Selanjutnya, cara konsumsi dari daun sungkai ini terdapat 2 cara. Cara yang pertama daun sungkai yang diambil dicuci bersih dan direbus selama 15 menit, lalu dikonsumsi. Cara yang kedua daun sungkai dikeringkan terlebih dahulu dan dihaluskan. Serbuk yang telah halus dimasukkan kedalah kantong teh, lalu diseduh dan dikonsumsi.
Dengan adanya program pengabdian masyarakat yang berupa penyuluhan kesehatan tentang penggunaan obat tradisional yaitu daun sungkai ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang manfaat daun sungkai, bagaimana pengaruh penggunaan daun sungkai ini terhadap sistem imun, bagaimana pengolahan daun sungkai ini sehingga bisa dikonsumsi.