Oleh: Pengamat Politik sekaligus Dosen UIN STS Jambi, Dr. Dedek Kusnadi
Sudah banyak yang membuat perkiraan, bahwa Pilgub Jambi 2024 mendatang hanya akan ada tiga pasang kandidat. Alasannya cukup sederhana, koalisi partai hanya memungkinkan kontestasi melibatkan 3 kandidat saja. Peluang 4 pasang masih memungkinkan, tapi nyaris sulit. Kita lihat hasil Pileg 2024 nanti.
Selain Al Haris (Gubernur Jambi), yang nampak serius menjadi lawan tanding nantinya adalah Syarif Fasha (Walikota Jambi) dan Romi Haryanto ( Bupati Tanjab Timur). Romi dan Fasha sudah mulai aktiv bergerak.
Keduanya juga sudah punya modal partai politik. Romi dengan PAN nya. Dan Fasha dengan NasDem nya. Al Haris sebagai petahana, sedang mengincar Golkar dan berkemungkinan bisa diusung PDI-P.
Politisi lain, yang sekelas kepala daerah, Mashuri misalnya, juga mulai diapung. Bupati Bungo itu sudah punya modal sebagai Ketua partai Demokrat. Jika dia maju, sudah hampir pasti mercy di pangkuannya. Tapi, berbeda dari koleganya (Romi dan Fasha), Mashuri justru belum menunjukkan keseriusan.
Di lingkaran tertentu, Mashuri hanya dihitung sebagai kandidat wakil. Saya pernah mendengar Mashuri akan dipasangkan dengan Fasha. Tapi, beberapa kali Romi juga kelihatan mesra dengan Mashuri.
Apapun itu, Mashuri sudah melempar gimmick politik untuk bersiap menuju gelanggang Pilgub. Toh, dia juga bakal purna tugas sebagai bupati di 2024 mendatang.
Yang menarik untuk dibincangkan adalah Romi Haryanto, Bupati Tanjab Timur itu. Alasannya satu, dia satu-satunya kepala daerah, yang paling kelihatan serius menjadi penantang Al Haris. Kalau Fasha cenderung soft dan masih malu-malu. Justru Romi sudah mengibarkan bendera perang secara terbuka.
Baleho dan Billboard bergambar Romi sudah tercacak di mana-mana. Di gang-gang, di lorong-lorong, hingga di rumah-rumah penduduk.
Romi sudah bergerak ke desa-desa, menyapa warga. Ia sudah mulai membangun simpati publik, dengan menciptakan brand sebagai tokoh yang peduli. Tengok saja, beberapa warga miskin sudah diterbangkannya ke Mekkah, untuk menjalankan ibadah umroh. Semuanya gratis. Mereka ini pasti akan menjadi influencernya Romi. Menjadi pendukung militan.
Romi juga tampak sudah bersua tokoh-tokoh penting. Ia mulai mengaktivasi jejaring. Bahkan, saya mendengar kabar ada beberapa kepala daerah, mantan kepala daerah sudah teken kontrak untuk memenangkan Romi.
Untuk menghadapi Pilkada, apa yang dilakukan Romi sudah tepat. Tapi, Romi masih perlu kerja keras. Sebab, lawannya adalah Al Haris, yang prototipe pribadinya cenderung mirip dengan Romi.
Saya memang belum lihat hasil riset terbaru. Tapi, di permukaan kita bisa menilai bahwa Romi dan Al Haris memiliki segmentasi pemilih yang mirip. Keduanya juga berasal dari etnis yang sama, yakni Melayu Jambi.
Soal modal finansial, boleh jadi Romi mampu mengimbangi Haris. Apalagi Romi dikenal lebih royal ketimbang Al Haris.
Tapi, untuk bisa sampai mengalahkan Al Haris, apakah Romi bisa?
BISA….dan….TIDAK…
Untuk bisa mengalahkan Al Haris, Romi mesti lari lebih kencang. Sprint. Tidak bisa hanya sekedar marathon.
Dari sisi push marketing, Romi mesti memperbanyak durasi bertemu warga. Salaman dengan mereka, diskusi dan ngasih sangu. Telinganya harus membumi. Dengar jeritan hati mereka.
Dari sisi pull marketing, Romi harus melipatgandakan serangan media massa dan media sosial, supaya brand dan citra positifnya terbentuk. Gandeng tuh semua media. Dan manfaatkan digital marketing.
Romi mesti segera rekrut ahli-ahli branding, penulis-penulis handal, dan desainer hebat.
Dari sisi pass marketing, Romi mesti memperbanyak jejaring dan merekrut tokoh. Tapi tidak sekedar tokoh, melainkan figur yang betul-betul berpengaruh dan memiliki massa di grassroot.
Kalaulah tiga hal ini dimaksimalkan, saya haqqulyakin Romi bisa mengalahkan Al Haris. Tapi, jika tiga hal ini tidak segera dimulai, Romi tidak akan punya waktu lagi untuk mengejar Al Haris.
Pergerakan Romi kelihatan belum maksimal. Balehonya memang sudah banyak, tapi biasa-biasa saja. Tidak ada yang wah. Lalu, kegiatannya belum banyak diliput media. Hanya satu dua media saja. Itu pun mungkin media yang kontrak dengan Pemkab Tanjab Timur. Romi mesti piawai menjadikan diri sebagai media darling. Ingat kasus Zola dulu.
Untuk dapat mengalahkan Al Haris, Romi harus bergerak berkali-kali lipat. Romi mesti bisa beradaptasi dengan kegilaan untuk menuju dominasi yang tak tergoyahkan.
Ingatlah pepatah China ini “Sa hun ti cut tia, jit hun ko ba pia (Tiga puluh persen adalah nasib, tujuh puluh persen adalah hasil kerja keras)…”
Jika Romi ingin menang, kerja kerasnya harus lebih keras dari Al Haris.