Jakarta – Keberadaan timnas Israel di Piala Dunia U-20 2023 menjadi polemik di Indonesia sejak mereka memastikan lolos.
Israel U-20 memastikan diri tampil di Piala Dunia U-20 2023 pada 25 Juni 2022. Kabar itu didapat setelah Serbia kalah 2-3 dari Austria, meski mereka juga takluk 0-1 dari Inggris.
Kekalahan Serbia ini membuat Israel menjadi runner up Grup B Piala Eropa U-19 2022. Otomatis pula Israel memiliki tiket lolos ke Piala Dunia U-20 2023 yang berlangsung di Indonesia.
Kabar ini langsung jadi perbincangan hangat di Indonesia. Ketua Umum PSSI saat itu, Mochamad Iriawan mengatakan Israel bisa bermain di Indonesia karena dijamin pemerintah.
“Soal Israel, saya rasa sudah ada kesepakatan dengan pemerintah pada tahun lalu [2021]. Siapa pun yang datang, bisa bermain. Israel tetap kami akomodasi,” kata Iriawan pada 26 Juni 2022.
Pada hari yang sama Menpora saat itu Zainudin Amali juga menjamin Israel akan bisa datang ke Indonesia. Menteri asal Gorontalo ini meminta urusan politik dan olahraga agar dipisah.
“Sudah kami bahas sejak 2019. Semua negara yang lolos menjadi peserta Piala Dunia U-20 2023, dipersilakan untuk bermain. Pasti pihak keamanan kita akan memberikan rasa aman,” ucap Amali.
Pernyataan cepat dua instansi yang paling terkait dengan Piala Dunia U-20 2023 tak lantas meredam polemik. Malahan penolakan demi penolakan muncul dari lapisan masyarakat.
Salah satu kelompok masyarakat yang menolak kehadiran Israel U-20 ke Indonesia adalah Medical Emergency Rescue Committee (MER-C). Mereka menggelar jumpa pers pada 29 Jun 2022i.
Setelah itu satu persatu kelompok masyarakat mulai berani menyatakan penolakan. Utamanya penolakan dilakukan melalui media sosial dan rilis terbuka kepada media massa nasional.
Namun isu ini belum menggema dengan garang. Hanya sesekali ada pembahasan penolakan Israel U-20 ini. Polemik makin memuncak setelah Gubernur Bali menulis surat ke Menpora pada 14 Maret 2023.
Dalam surat yang ditujukan ke Zainudin Amali, Gubernur Bali Wayan Koster menolak Israel bermain di Bali. Penolakan Koster ini ideologis, sebagaimana pesan Presiden Soekarno.
Sebelum Koster bersurat, sejatinya politisi PDI Perjuangan sudah membuat kicauan di media sosial soal penolakan Israel. Ini seperti komando kecil untuk penguasa di daerah.
Setelah Koster, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga menolak Israel bermain di wilayahnya, yakni Solo. Sama seperti Koster, ideologi Bung Karno jadi landasan penolakan.
Berturut-turut kemudian DPRD Jawa Barat, kelompok sepak bola Palembang, organisasi masyarakat (ormas) beramai-ramai menolak Israel. Bahkan sampai ada ormas yang melayangkan ancaman.
Organisasi keagamaan, seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), petinggi Nahdlatul Ulama (NU), hingga Menteri Agama angkat suara. MUI menolak, tetapi NU tak mempermasalahkan.
Atas polemik yang terjadi, tenaga ahli Kantor Staf Presiden RI Ali Mochtar Ngabalin ikut berpendapat. Baginya persoalan sepak bola tak boleh dicampur dengan agama dan politik.
Presiden Joko Widodo lantas bertemu dengan Duta Besar Palestina, Zuhair Al Shun pada 24 Maret. Memang tak ada pembicaraan Piala Dunia U-20 2023, tetapi ini semiotika politik.
Kemudian muncul rilis ke media massa bahwa Dubes Palestina untuk Indonesia tak mempermasalahkan kehadiran Israel U-20 di Indonesia. Palestina tak mau masuk pusaran polemik.
Polemik Israel U-20 ini mencapai eskalasi tertingginya setelah tersiar kabar undian atau drawing grup Piala Dunia U-20 2023 di Bali dibatalkan FIFA secara mendadak.
Rumor berhembus, FIFA menunda undian tersebut karena tak senang atas dinamika yang terjadi. Saat Indonesia tak bisa menjamin keselamatan semua kontestan, kesiapannya dipertanyakan FIFA.
Pada Minggu (26/3) sore, kabar mengejutkan muncul setelah PSSI merilis pembatalan drawing Piala Dunia U-20 2023 yang akan digelar di Bali, Jumat (31/3). Melalui anggota komite eksekutif (Exco), Arya Sinulingga, PSSI menyebut pembatalan dilakukan FIFA.
“Kemarin kami sudah mendapat informasi dari FIFA, dalam pemberitahuan memang menyebutkan bahwa drawing di Bali telah dibatalkan oleh FIFA. Jadi ini adalah informasi yang kami dapat dari FIFA. Memang kami belum mendapat surat resmi dari FIFA, tetapi pesannya jelas karena adanya penolakan dari Gubernur Bali yang menolak Tim Israel sehingga dengan sendirinya drawing tidak bisa dilaksanakan tanpa seluruh peserta,” tutur Arya.
Arya juga menegaskan keputusan FIFA membatalkan drawing di Bali menjadi bukti dari ketidakmampuan dari Indonesia. Ini lantaran Indonesia sudah menandatangani goverment guarantee yang artinya menggaransi kesiapan penyelenggaraan sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023
Arya Sinulingga mengatakan Indonesia bisa dikucilkan FIFA. Tidak hanya itu, larangan melakoni pertandingan internasional, liga domestik yang tidak lagi terdaftar di FIFA, hingga ranking FIFA yang melorot jadi sederet hukuman yang bisa dijatuhkan kepada Indonesia, menurut Arya.
Pembatalan drawing dan ancaman sanksi itu disambut Asosiasi Sepak Bola Argentina (AFA) yang dilaporkan ingin menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 menggantikan Indonesia. (CNN)