EKS Menpora Zainudin Amali buka suara soal batalnya Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Ia kecewa, menurutnya juga wajar bila FIFA marah karena keputusan ini.
Amali pun mengungkap kenapa Indonesia akhirnya menang bidding dan jadi tuan rumah.
“Jadi gini kita ini saingannya Peru kemudian Brasil. Mereka ini hanya kalau enggak salah menporanya yang berikan (surat), kita presiden langsung, makanya kita menang,” kata dia, Kamis (30/3).
Setelah disepakati, kemudian Indonesia mengajukan 10 stadion yang dianggap layak menjadi venue. Namun dari 10, hanya 6 yang dianggap mumpuni dan bisa dipakai dengan catatan. Mereka adalah sebagai berikut:
Jalak Harupat (Bandung)
Gelora Bung Karno (Jakarta)
Gelora Bung Tomo (Surabaya)
Manahan (Solo)
I Wayan Dipta (Bali)
Jakabaring (Palembang)
“Ada government guarantee dari beberapa menteri dan Kapolri, kemudian juga ada hostly agreement (pemda sebagai host) ditandatangani Anies (eks gubernur Jakarta), Ridwan Kamil, Ganjar (Gubernur Jateng), Koster, Herman Daru (Palembang), dan Khofifah Indar Parawansa (Jatim),” jelas dia.
“Enam itu, makanya saya kaget juga. Kata Gibran (Wali Kota Solo), kalau enggak mau kenapa tanda tangan? Itu jadi pegangan FIFA, gitu loh,” imbuhnya.
Setelah itu renovasi pun dilakukan lewat anggaran pemerintah melalui Kementerian PUPR. Gelora Jakabaring misalnya, diperbaiki dan dipercantik, menghabiskan anggaran Rp 30 miliar.
Namun FIFA belum ada pernyataan resmi terkait stadion ini. Apakah ini menjadi salah satu faktor batalnya Indonesia menjadi tuan rumah.
Kata Amali, wajar bila FIFA marah kalau ada yang tiba-tiba menolak Timnas Israel. Walaupun FIFA dalam pernyataannya tak memasukkan alasan penolakan Israel sebagai alasan batalnya status tuan rumah Indonesia.
“Pantas FIFA marah, Anda minta, Anda berjanji, begitu dikasih kok begini,” tutur dia.
FIFA menggarisbawahi bahwa terlepas dari keputusan ini, FIFA tetap berkomitmen untuk secara aktif membantu PSSI. Melalui kerja sama yang erat dan dengan dukungan dari pemerintah Presiden Jokowi, dalam proses transformasi sepak bola Indonesia setelah tragedi yang terjadi pada Oktober 2022. (Kmp)