Oleh: Bahren Nurdin (Akademisi UIN STS Jambi).
Pemilihan Rektor UIN STS Jambi menjadi momen penting bagi komunitas akademik dan masyarakat umum, khisusnya di Provinsi Jambi. Dalam konteks ini, sampai saat ini ada empat orang profesor, yaitu Prof. As’ad Isma, Prof. Samsu, Prof. Risnita, dan Prof. Maisah, bersaing untuk merebut kursi rektor.
Saatnya bagi kita semua, terutama para akademisi, untuk menjadikan ajang pemilihan ini sebagai kompetisi kaum intelektual yang jauh dari hingar bingar politik ‘jahat dan kotor’ seperti adu domba antar kaum, menyebarkan kebencian antar sesama, dan praktik-praktik hitam lainnya. Sebagai kaum terpelajar, kita memiliki tanggung jawab moral pada anak-anak bangsa ini, dan kita harus tinggalkan sejarah yang baik dan bermartabat.
Pemilihan rektor haruslah berfokus pada integritas dan kepemimpinan akademik. Para calon rektor diharapkan menunjukkan kapasitas dan integritas mereka melalui gagasan, visi, dan program kerja yang inovatif. Lebih dari sekadar meraih kekuasaan, pemilihan rektor haruslah menjadi wadah untuk memajukan UIN STS Jambi, meningkatkan kualitas pendidikan, riset, dan pengabdian kepada masyarakat.
Dalam perjalanan ini, para calon harus menghindari ‘politik hitam’ yang dapat merusak integritas pribadi masing-masing konstestan dan citra lembaga. Tidak dapat dipungkiri, sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam terbesar di Provinsi Jambi, UIN Jambi memiliki marwah besar yang tidak boleh dirusak hanya karena perhelatan pemilihan pemimpinnya. Jika begitu jelas, tegas saya katakan, siapa pun nantinya, pada proses pemilihan ini menunjukkan politik-politik yang tidak sehat, merekalah yang tidak cinta pada institusi besar ini. Bertanggung jawablah pada ummat dan kepada Tuhan di akhirat nanti.
Maka dari itu, sebagai akademisi, kita memiliki tanggung jawab untuk menunjukkan kepada masyarakat cara berpolitik yang elegan dan bermartabat. Kompetisi ini harus didasarkan pada diskusi yang sehat, argumentasi yang baik, dan kerjasama yang konstruktif. Menghargai perbedaan pendapat, membuka diri terhadap ide-ide baru, dan bekerja untuk kepentingan bersama harus menjadi prinsip utama dalam proses pemilihan rektor.
Dalam berpolitik, saling serang dengan cara ‘brutal’ dan menghalalkan segala cara tidaklah mencerminkan integritas dan kepemimpinan akademik yang sejati. Malulah pada gelar-gelar akademik yang mentereng pada diri kita masing-masing!
Pemilihan rektor UIN STS Jambi harus menghasilkan sejarah yang baik dan bermartabat bagi lembaga ini. Saatnya kita tutup sejarah masa lalu yang selalu saja ‘ribut’ tak berkesudahan. Jika boleh meminta, pemilihan rektor kali ini benar-benar dengan cara-cara yang sehat dan akademis. Jangan ada lagi berita di media yang justru mencoreng nama UIN sendiri. Saya sangat yakin, mereka yang bertarung saat ini adalah orang-orang pilihan. Begitu juga para pendukung dan tim sukses, tidak perlu menunjukkan sikap berlebihan dan fanatisme buta sehingga berpecah belah. Ingat, kita satu ‘periuk nasi’!
Ayolah, baik calon rektor maupun seluruh komunitas akademik harus bersatu untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi institusi dan anak-anak bangsa. Kita harus meninggalkan praktek-praktek yang merusak dan menggantinya dengan kerjasama yang konstruktif, saling menghormati, dan memprioritaskan kepentingan bersama. Dengan begitu, kita akan menciptakan lingkungan akademik yang inspiratif dan memberikan panutan yang baik bagi generasi muda.
Akhirnya, pemilihan rektor UIN STS Jambi adalah kesempatan bagi kita semua untuk menunjukkan kepemimpinan akademik sejati. Dalam kompetisi ini, integritas dan kapasitas para calon rektor harus menjadi penentu utama. Mari kita berpolitik dengan elegan, menjunjung tinggi martabat akademik, dan membangun sejarah yang baik bagi lembaga ini. Dengan demikian, UIN STS Jambi akan semakin maju dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi perkembangan pendidikan, riset, dan pengabdian kepada masyarakat. Semoga.