BANGKO – Perambahan hutan yang dilakukan warga eksodus di Kecamatan Jangkat, Lembah Masurai, dan sekitar, sudah lama sangat meresahkan. Tidak hanya terkait perambahan, keberadaan warga eksodus itu juga membuat masyarakat merasa tidak aman.
Tak hanya itu, warga juga kian memanas dikarenakan pemerintah terkesan lalai dalam mengambil langkah. Sampai saat ini tidak ada tindakan tegas dari pemerintah dan penegak hukum, membuat warga main hakim sendiri dengan melakukan pengusiran.
Seperti yang terjadi di Desa Renah Alai, Kecamatan Jangkat, Senin (7/11). Ratusan warga berjaga di tengah hutan di kawasan rumah hitam atau tepatnya di antara Desa Renah Alai dengan Sungai Lalang.
Beruntuk, tak ada aksi main hakim sendiri dalam kejadian ini. Aparat kepolisian dan TNI yang bersiaga mengawal aksi warga yang menemui para pendatang. Saat itu warga hanya memberi peringatan tertulis saja.
Zulhadi, Kepala Desa Renah Alai, mengaku sudah ada puluhan orang penduduk eksodus telah merambah hutan di wilayah adat desa Renah Alai di sekitar perbatasan dengan Desa Sungai Lalang dan Desa Nilo Dingin.
“Itu juga sudah dilakukan cek ke lokasi 3 Nomber lalu. Ternyata memang benar adanya puluhan pendatang telah merambah kawasan itu,” ujarnya.
Terkait itu, Pemerintah Desa (Pemdes) dan seluruh warga sepakat untuk menghalau warga pendatang yang merambah di kawasan hutan adat tersebut.
“Selaku kepala desa saya sudah kewalahan dan tidak bisa lagi membendung warga lagi. Tapi terkait ini kita sudah memberitahu dengan pihak berwajib, agar tidak terjadi hal yang diinginkan,” ucapnya.