Jambi – Komunitas Pecinta Museum Sejarah dan Budaya (Tamu Raya) Nusantara dikukuhkan di Kota Jambi, Kamis (26/10/2023). Komunitas itu diharapkan membangun kolaborasi yang lebih kuat membangun kepedulian pelestarian budaya dan keberadaan museum serta benda bersejarah.
Ketua Komunitas Tamu Raya Nusantara Rachmadi Anshari, mengatakan ada banyak koleksi peninggalan artefak budaya di Jambi.
“Semua ini memerlukan upaya pelestarian, pengelolaan, dan pengarsipan yang baik,” kata Rachmadi, yang juga pengelola Museum Bioskop Tempoa.
Di Museum Tempoa menyimpan 1.180 judul film lawas dari era 1950-an hingga 1990-an mencapai. Jumlah koleksi posternya mencapai 3.000-an. Selain itu, tersimpan pula belasan proyektor pemutar film, tanda masuk bioskop, senter tua, seragam petugas bioskop, hingga karcis tiket masuk.
Direktorat Perfilman Musik dan Media, Kemendikbudristek melihat ada potensi besar di museum itu.
“Ada banyak potensi artefak yang telah diselamatkan museum bioskopmUntuk selanjutnya, perlu ada langkah lebih lanjut untuk menyelamatkannya,” ujarnya.
Komunitas Tamu Raya Nusantara dikukuhkan oleh Nujul Kristianto, Kepala Kelompok Kerja Perizinan dan Arsip Kemendikburistek. Komunitas ini diurus para pecinta sejarah, budayawan, musisi, seniman, pegiat lingkungan, dan jurnalis.
Ia mengharapkan agar komunitas terus diperluas. Bisa memupuk kepedulian akan perkembangan kebudayaan dan keberadaan museum dan benda bersejarah. Selain itu, mendongkrak kunjungan dan minat generasi muda kepada museum di Jambi.
Komunitas juga diharapkan bantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga dan mengembangkan objek museum sebagai media pembelajaran, penelitian dan pengembangan pariwisata. Di sini terbangun kolaborasi pemerintah dan komunitas.
“Untuk mempercepat pembenahan, pengelolaan, dan pembentukan museum baru,” katanya.
Arsiparis Kemendikbud Riset, Djuwita Sari, menyebut ada sejumlah tantangan dalam upaya penyelamataan memori kolektif. Di antaranya, ruang penyimpanan terbatas. Padahal arsip membutuhkan ruang penyimpanan yang cukup untuk menjaga kebutuhan dan keamanannya.
Selain itu, banyak peninggalan sudah dalam kondisi rusak. Biasanya itu akibat faktor lingkungan seperti kelembaban, suhu, dan cahaya. Ada juga faktor manusia seperti kesalahan dalam penanganan dan penyimpanan arsip.
Ia mendapati pengarsipan digital rentan terhadap kerusakan akibat virus, malware, atau kerusakan perangkat keras. Selain itu, format digital yang digunakan untuk menyimpan arsip juga dapat menjadi usang seiring berjalannya waktu.
Tantangan lainnya, banyak arsip yang tidak mudah diakses atau sulit ditemukan. Ini dapat menghambat penggunaannya untuk kepentingan penelitian atau pendidikan. Apalagi jika pengelolaan arsip tak didukung sumber daya manusia, finansial, dan teknologi yang memadai. Keterbatasan sumber daya dapat mempengaruhi kualitas pengelolaan arsip. ***